BNI Salurkan Kredit Rp 76 Triliun ke Proyek Infrastruktur

Jakarta -PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) salurkan kredit infrastruktur sebesar Rp 76 triliun. Kredit ini mengalir ke beberapa sektor.

Sektor-sektor tersebut antara lain pembangkit listrik, telekomunikasi, pembangkit listrik, konstruksi dan transportasi. Menurut Direktur Utama BNI Gatot Suwondo, industri dalam negeri harus tumbuh supaya Indonesia bisa berdikari, caranya dengan membangun banyak infrastruktur.


"Karena itu kita komit untuk salurkan kredit ke infrastruktur. Sampai saat ini kita sudah salurkan Rp 76 triliun," katanya ketika berkunjung ke kantor detikcom, Rabu (8/5/2014).


Gatot mengatakan, sektor infrastruktur selama ini menyokong pertumbuhan ekonomi. Jika infrastruktur baik, maka banyak sektor industri yang bisa tumbuh, di antaranya listrik, konstruksi, telekomunikasi, agrikultur, perdagangan, industri dasar, minyak dan gas.


Jika dibandingkan kredit infrastruktur yang disalurkan bank lain, BNI menjadi yang paling besar, kata Gatot. Bank lain yang juga punya porsi kredit infrastruktur cukup besar adalah saudaranya sesama BUMN, PT Bank Mandiri Tbk.


Penyaluran kredit yang cukup tinggi ini tidak mulus-mulus saja, karena banyak kendala yang terjadi di lapangan. Sehingga dari total kredit Rp 76 triliun tersebut, sebanyak 60% atau Rp 45 triliun di antaranya belum terserap.


"Undisbursed-nya 60% dari total kredit," kata Direktur Bisnis Banking Krishna Suparto.


Pasalnya, pembangunan infrastruktur di Indonesia tidak melulu berjalan baik. Perencanaan dan pendanaan sudah baik, tapi terganjal pembebasan lahan atau perizinan dari pemerintah.


Selain itu juga masih ada masalah tata ruang dalam pembangunan sehingga proyek infrastruktur berjalan lambat atau bahkan tidak jalan sama sekali.


Berikut rincian penyaluran kredit infrastruktur BNI:

Sektor konstruksi dan transportasi Rp 18,6 triliun dengan plafon Rp 29,4 triliun

Sektor pembangkit listrik Rp 16,3 triliun dengan plafon Rp 23,6 triliun

Sektor telekomunikasi Rp 5,7 triliun dengan plafon Rp 11,6 triliun

Sektor pembangkit listrik Rp 9,4 triliun dengan plafon Rp 12,1 triliun


(ang/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!