Saham-saham yang sensitif interest rate seperti properti, jasa konstruksi dan semen juga menguat menyusul keputusan bank sentral yang kembali menahan BI Rate di 7,5%. Namun penguatan cenderung terbatas mengingat perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. BI telah merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi 5,1%-5,5% dari proyeksi sebelumnya 5,5%-5,9%.
Melambatnya propsek pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama dipicu kinerja ekspor yang merosot turut memicu pelemahan nilai tukar rupiah atas dolar AS. Rupiah kemarin melemah 0,8% atas dolar AS di Rp11624. Di sisi lain kinerja pasar saham kawasan Asia kemarin cenderung positif dipicu data China yakni suprlus neraca perdagangan Apppril yang mencapai USD18,46 miliar. Sementara Wall Street tadi malam cenderung terkoreksi. Indeks S&P dan Nasdaq masing-masing melemah 0,14% dan 0,40%. Sedangkan indeks DJIA menguat tipis 0,2% menyusul koreksi di saham utilitas dan energi akibat aki ambil untung.
Pada perdagangan akhir pekan IHSG masih akan bergerak bervariasi dengan support di 4840 dan resisten di 4890 rawan terkoreksi menyusul minimnya insentif positif di tengah nilai tukar rupiah yang kembali melemah.
IHSG : S1 4840 S2 4820 R1 4890 R2 4930
Saham Pilihan
ASII 7400-7600 BoW, SL 7100
INCO 3950-4150 TBU, SL 3700
JPFA 1305-1400 TB, SL 1300
CTRA 1020-1070 TB, SL 970
PTPP 1845-1960 TB, SL 1835
INTP 21700-22500 TB, SL 21500
ANTM 1175-1220 BoW, SL 1160
(ang/ang)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!