Jaga Current Account, Pemerintah Akan Hemat Subsidi BBM

Jakarta -Pemerintah menargetkan defisit transaksi berjalan atau current account berada di kisaran 2,5% terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2014. Untuk mencapai target tersebut, harus ada pos-pos pengeluaran yang dipangkas.

“Defisitnya akan 2,5% maksimum, kalau bisa di bawah itu. Implikasinya, harus ada spending yang di-cut,” kata Chatib Basri, Menteri Keuangan, seperti dikutip dari situs Kementerian Keuangan, Minggu (11/5/2014).


Pemangkasan pengeluaran pemerintah yang dapat menghasilkan penghematan paling optimal, lanjut Chatib, adalah subsidi bahan bakar minyak (BBM). “Paling optimal apa? Jawaban saya subsidi BBM,” ujarnya.


Namun, Chatib mengakui bahwa dalam situasi saat ini tidak mudah melakukan pengurangan subsidi BBM. "Soal timing ini yang harus jadi konsiderans, dan itu jadi tidak mudah,” katanya.


Pemerintah, tambah Chatib, juga akan mempersiapkan strategi penghematan yang lain jika pengurangan subsidi BBM tidak dapat dilakukan. “Kalau itu tidak bisa dilakukan, maka harus cari spending lain yang bisa di-cut. Jadi sebetulnya market tidak perlu khawatir dengan defisit yang akan naik, karena pasti dijaga,” jelasnya.


Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan pada kuartal I-2014, transaksi berjalan masih mengalami defisit sebesar US$ 4,2 miliar atau 2,06% PDB. Defisit ini mengecil dibandingkan yang terjadi kuartal sebelumnya, yaitu US$ 4,3 miliar atau 2,12% PDB.


"Perbaikan ini bersumber dari penurunan impor barang dan berkurangnya defisit neraca jasa dan neraca pendapatan," kata Peter Jacobs, Direktur Departemen Komunikasi BI seperti dikutip dari siaran pers di Jakarta, Jumat (9/5/2014).


(hds/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!