Pilih Ekonomi Melambat atau RI Kena Krisis?

Jakarta -Perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi pilihan pemerintah sejak pertengahan tahun lalu. Langkah ini terpaksa diambil untuk menghindari krisis yang sempat mengancam.

Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan gejolak ekonomi dunia menghantam fundamental ekonomi pada pertengahan tahun lalu. Defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) bahkan mencapai 4,4% terhadap PDB.


"Makanya pertumbuhan kita tahan jangan sampai kita kurang hati-hati, karena yang terjadi adalah krisis," ujar Bambang di kantornya, Jakarta, Jumat (9/5/2014).


Periode perlambatan, menurut Bambang, adalah waktu untuk stabilisasi. Pemerintah harus dapat memastikan fundamental ekonomi yang kuat, agar terhindar dari gejolak. Ini pun dipelajari berdasarkan kondisi saat krisis 1998.


"Belajar dari 1998, krisis terjadi dalam hitungan hari. Kita jaga jangan ada kejutan jangka pendek," katanya.


Pada kuartal I/2014, ekonomi hanya mampu tumbuh 5,21% atau di bawah perkiraan dari pemerintah. Penyebabnya adalah pelemahan ekspor rill, terutama dari komoditas mineral dan batubara (minerba).


Bambang optimistis sampai dengan akhir tahun pertumbuhan ekonomi akan berada pada kisaran 5,5%. Lebih rendah dari perkiraan awal yang 5,8-6,3%.


"Kita harapkan pertumbuhan tahun ini 5,5%. Syukur-syukur bisa lebih," tuturnya.


Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju ekonomi tahun ini melambat. Awalnya bank sentral memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,5-5,9%. Namun dengan perkembangan terkini, proyeksi tersebut direvisi menjadi 5,1-5,5%.


(mkl/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!