"Anak saya ingin pesta ulang tahun ke-4 yang bertema superhero. Namun dia ingin jadi karakter superhero sendiri," kata Bartman, seperti dilansir dari CNN, Minggu (11/5/2014).
Bartman kemudian membuat sendiri jubah dan topeng untuk anaknya dan kawan-kawannya. Biayanya sekitar US$ 5-6 atau Rp 50-60 ribu per piece.
Ternyata sang anak dan kawan-kawannya menyukai kostum buatan Bartman. Ibu-ibu di lingkungannya pun mendorong Bartman untuk menjadikannya sebagai bisnis.
Momen itu terjadi pada 2006, dan 3 tahun kemudian Bartman mampu membuat sekitar 1.000 kostum per bulan. Dia mempekerjakan tenaga lepas, tetapi sulit untuk memenuhi permintaan yang terus membeludak.
Pada 2010, Bartman bertemu dengan Justin Draplin dan mereka menjadi mitra bisnis. Lahirlah Superfly Kids, perusahaan pembuat kostum superhero untuk anak-anak. Kostum buatan Superfly Kids adalah orisinil, bukan karakter-karakter yang sudah berlisensi.
Superfly Kids terus berkembang, dan pada 2013 berhasil membukukan pendapatan sebesar US$ 2,4 juta atau lebih dari Rp 24 miliar. Perusahaan ini sudah membuat sekitar 100 ribu kostum. Target berikutnya adalah bisa memasarkan produk ke pertokoan besar seperti Wal-Mart atau Toys R Us.
"Produk kami lebih murah dibandingkan yang berlisensi. Namun ini membuat anak lebih imajinatif. Ketika anak menggunakan kostum Superman atau Batman, mereka menjadi karakter itu. Namun kostum kami membuat anak lebih mengeksplorasi 'kekuatan' mereka," papar Draplin.
Bartman menyatakan bisnis ini akan terus prospektif, karena anak-anak tidak akan pernah bosan terhadap superhero. "Ayah saya yang sudah manula saja masih suka memakai handuk di leher dan berpura-pura terbang. Superhero tidak pernah mati," katanya.
(hds/hds)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
