Seperti dikutip dari CNN, Senin (19/5/2014), menurut otoritas pemilu Swiss, perhitungan sementara memperlihatkan 76% pemilih menolak pengajuan buruh tersebut.
Para serikat buruh telah berkampanye selama berbulan-bulan untuk mendapatkan dukungan publik, terkait tuntutannya mendapatkan upah minimum 22 Swiss franc atau mendekati US$ 25 per jam. Bila disesuaikan dengan biaya hidup, maka upah ini setara US$ 17,6 per jam di AS.
Kalangan pemerintah dan pengusaha di Swiss telah mengatakan, permintaan ini bisa menghancurkan lapangan pekerjaan, menghantam pekerja dengan kemampuan rendah, dan sulit bagi anak muda untuk bersaing masuk dunia kerja.
Swiss merupakan negara kaya, dengan pertumbuhan ekonomi dan lapangan pekerjaan yang berada di atas rata-rata negara di dunia.
Tidak seperti negara maju lainnya, Swiss tidak mempunyai undang-undang yang mengatur soal upah minimum. Gaji buruh merupakan hasil negosiasi antara perusahaan dengan individu.
Menurut para buruh, 330 ribu pekerja usia muda dan wanita di salah satu negara terkaya dunia ini, tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak.
Konstitusi di Swiss membolehkan adanya tuntutan yang bisa diputuskan melalui pengambilan suara secara nasional. Namun jumlahnya hanya 4 kali dalam setahun.
Syaratnya, ada 100 ribu tanda tangan dukungan atas inisiatif yang diajukan tersebut. Namun tuntutan buruh ini juga memerlukan suara mayoritas dari para pemilih di 26 distrik negara tersebut.
(dnl/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
