N219, Sejarah Baru Industri Pesawat Indonesia

Jakarta -PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) saat ini sedang mempersiapkan sejarah baru kebangkitan industri kedirgantaraan nasional.

Duet maut itu secara keroyokan mengembangkan prototype (purwarupa) hingga sertifikasi pesawat penumpang baling-baling dan bermesin ganda berkapasitas 19 orang.


Pesawat tersebut bernama N219. Jika lolos sertifikasi, maka Indonesia memasuki sejarah baru. Pasalnya pesawat pendahulnya yakni N250 belum memasuki tahap sertifikasi karena programnya terkena dampak krisis ekonomi 1998 dan diminta berhenti oleh International Monetary Fund (IMF).


Padahal saat itu, pesawat N250 berhasil menggedor perhatian dunia saat purwarupanya berhasil terbang perdana pada Agustus 1995 namun pesawat tersebut kini menjadi besi tua di apron atau parkir pesawat milik PTDI.


"Ini bersejarah, pertama kali bisa sertifikasi," kata Kepala Program Pesawat Terbang LAPAN, Agus Aribowo pada diskusi Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) di Gedung Joang 45, Menteng, Jakarta, Sabtu (24/5/2014).


Pasca krisis 1998, praktis tenaga ahli pesawat Indonesia yang jumlahnya ribuan bermigrasi ke pabrik pesawat dunia seperti Boeing hingga Airbus. Hingga puluhan tahun pasca krisis, PTDI belum melahirkan produk asli rancangannya karena kesulitan permodalan dan krisis tenaga ahli.


Namun kini PTDI dan LAPAN bersinergi melahirkan pesawat penumpang untuk keperluan penerbangan perintis yang melayani pelosok negeri. Meski mulai bangkit, perjalanan memperoleh dukungan pemerintah untuk mengembangkan dan memproduksi pesawat asli buatan Indonesia mengalami tantangan dan keraguan.Next


(feb/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!