"Tarif listrik kita mahal. Tiongkok juga mahal tetapi tidak mati-hidup seperti kita. Tarif listrik kita 80 sen/Kwh, Pakistan 30 sen/Kwh, Korea 60 sen/Kwh," ungkap Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ernovian G Ismi saat ditemui di Restoran Seribu Rasa, Jakarta, Selasa (6/05/2014).
Menurut Ernovian, listrik menjadi masalah klasik yang dikeluhkan pengusaha tekstil setiap tahunnya. Salah satu yang menjadi keluhan pengusaha adalah tarif listrik yang terus naik.
"Selama ini yang kita bicarakan adalah akibat tarif listrik naik. Ini karena PLN pakai bahan bakar minyak. Kalau pakai batu bara dan gas kan lebih murah. Sekarang gas dan batu baranya diekspor," paparnya.
Atas kenaikan tarif listrik yang menurutnya tidak adil ini, Ernovian mengaku sudah melaporkan kepada Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU). Menurut rencana, dalam waktu dekat KPPU akan memanggil perwakilan pengusaha untuk meminta penjelasan.
"Kalau mau tarif listrik naik, naik semua jangan pilih-pilih termasuk rumah tangga," tegasnya.
Seperti diketahui, pemerintah telah memberlakukan kenaikan tarif listrik baru khususnya untuk industri untuk golongan I-3 khusus perusahaan go public (terbuka) dan golongan I-4.
(wij/hds)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
