Ternyata kerap kali subsidi yang tersalurkan tak tepat sasaran. Akibatnya justru membebani keuangan negara dan membatasi ruang gerak fiskal.
Seperti subsidi bahan bakar minyak (BBM), yang tahun ini mendapat anggaran Rp 210,7 triliun. Hampir semua kajian ekonomi mencatat BBM bersubsidi kebanyakan dinikmati oleh mereka yang mampu.
"Belanja subsidi itu besar sekali, bahkan mengalahkan belanja lainnya. Padahal dalam kenyataannya yang mendapatkan manfaat subsidi itu adalah orang yang tidak berhak, yang menengah ke atas. Itu sudah salah kaprah," tegas Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti, pekan lalu.
Kondisi tersebut, lanjut Destry, sudah berlangsung selama bertahun-tahun walau pemerintahan berganti. Padahal, tujuan dari pemberian subsidi adalah mengurangi beban orang yang tidak mampu agar terjaga daya belinya.
"Tapi kalau yang beli BBM itu adalah orang kaya, kan nggak sesuai target, harusnya orang yang membutuhkan," ujarnya.
Contoh lainnya, tambah Destry, adalah subsidi pupuk. Tahun ini, alokasi subsidi pupuk adalah Rp 21 triliun, naik Rp 3,1 triliun dibandingkan 2013 yang sebesar Rp 17,9 triliun.Next
(hds/DES)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
