Cabang Mandiri Sekuritas di Singapura Siap Jaring Dana Orang Kaya RI Rp 1.500 T

Jakarta -Orang-orang kaya asal Indonesia dinilai sangat gemar menaruh kekayaan atau uangnya di Singapura. Alasannya terkait pajak dan hukum yang relatif stabil di Singapura.

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Budi Gunadi Sadikin menyebut perseroan telah membuka perusahaan asset management yakni Mandiri Sekuritas di Singapura. Tujuannya adalah menarik dana besar tersebut untuk dikelola oleh anak usaha Bank Mandiri.


"Uang orang Indonesia di sana banyak tapi susah bawa ke sini. Terus bikin perusahaan sekuritas (Mandiri Sekuritas)," kata Budi di Hotel Ritz Carlton Jakarta Selatan, Selasa (26/8/2014).


Perusahaan yang didirikan sejak Maret 2014 ini karena melihat adanya potensi dana orang kaya RI yang ditempatkan di negeri jiran tersebut. Total uang orang kaya Indonesia di Singapura mencapai Rp 1.500 triliun. Nilai itu belum termasuk dana atau aset perusahaan RI yang berinvestasi di Singapura.


"Itu belum termasuk perusahaan. Kalau itu ditambah perusahaan bisa jadi US$ 300 miliar dengan asumsi sama dengan dana perorangan. Itu sekitar Rp 3300 triliun. Itu sama dengan total DPK (Dana Pihak Ketiga) perbankan Indonesia. Itu tunjukin size besar sekali," sebutnya.


Saat ditanya kenapa tidak mendirikan bank di Singapura. Budi mengaku perseroan mengaku mengalami kendala. Bank Mandiri susah mendirikan cabang di sana padahal bank asal Singapura banyak bertebaran di Indonesia.


"Kita nggak diberi izin. Padahal bank Singapura punya 900 cabang di Indonesia, Malaysia punya 1.400 cabang di Indonesia. Kita minta satu saja nggak diberi," sebutnya.


Meski demikian, Bank Mandiri saat ini tidak terlalu agresif ekspansi ke kancah Asia Tenggara. Budi menilai pasar terbesar justru ada di tanah air. Pasar perbankan di Indonesia masih terbuka lebar bahkan banyak perbankan asing yang melebarkan sayapnya ke seluruh penjuru negeri.


"Di Indonesia nasabah bank baru 50 juta. Itu potensi besar. Takutnya saya adalah kita sibuk ekspansi ke luar negeri. Pasar kita di dalam negeri diambilin oleh seluruh perbankan lain. Yang terjadi sekarng ini maka ini harus hati-hati. Ini trade war," katanya.


(feb/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!