Bendungan GSW Ditaksir Habiskan Dana Rp 200 Triliun

Bandung - Proyek pembangunan bendungan raksasa atau Giant Sea Wall di pesisir Jakarta Utara ditaksir menghabiskan dana ratusan triliun rupiah. Tanggul GSW ini fungsinya menanggulangi banjir serta mencegah air rob yang mengancam menenggelamkan Jakarta.

"Estimasi total (dana) 200 triliun rupiah. Ya sekitar segitu," ungkap Asisten Deputi Menteri Infrastruktur Sumberdaya Air Kementerian Koordinator Perekonomian, Purba Robert M Sianipar.


Purba menyampaikannya kepada wartawan disela-sela acara Seminar World Water Day 2013 bertajuk 'Perubahan Iklim, Konservasi Lahan, dan Ancaman Banjir dan Rob di DKI Jakarta' yang digelar di Gedung Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), Jalan Ganeca, Kota Bandung, Sabtu (30/3/2013).


Menurut Purba, pembangunan bendungan raksasa di lepas pantai ini bakal dilakukan secara bertahap. Ada tiga tahapan dilalui. "Pertama, memperkuat tanggul yang saat ini eksis. Kedua, tanggul berikutnya berada tiga hingga empat kilometer (ke arah laut) dari garis pantai yang akan digunakan sebagai monitoring reklamasi. Ketiga, dibangun tanggul berjarak enam hingga delapan kilometer (ke arah laut) dari garis pantai yang bisa digunakan menjadi air baku di Jakarta," tutur Purba.


Menurutnya tinggi bendungan itu enam hingga sembilan meter dari atas air laut. Lebih lanjut Purba, menerangkan bendungan tahap dua itu panjangnya sekitar 25 kilometer. Bendungan tahap tiga memiliki panjang sekitar 36 kilometer. "Kalau nanti disambungkan yang tahap tiga ini panjangnya 50 kilometer. Nanti bukan untuk DKI Jakarta saja, tapi ke bagian baratnya Banten, dan bagian timurnya Jawa Barat," tuturnya.


Pengerjaan berasal dari dana APBN yang secara bertahap ini akan disinergikan melalui Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS). "Tentu ini melibatkan juga lintas kementerian," katanya.


Purba memaparkan, proyek bendungan raksasa ini memasuki studi masterplan yang bergulir hingga akhir 2014. Namun proses konstruksi tetap dipercepat tanpa harus menunggu masa akhir masterplan.


"Groundbreaking pada 2014. Lalu pembangunannya bertahap. Nanti kita tetap memonitor dampak pembangunan di lepas pantai ini terhadap lingkungan. Selesainya 2020," tegas Purba.


(bbn/ang)