Ongkos Taksi Udara di Indonesia Lebih Mahal Ketimbang Amerika

Jakarta -Peluang pertumbuhan penerbangan sewa atau charter masih sangat tinggi. Namun hal ini tak didukung oleh regulasi yang tepat sehingga menyebabkan biaya sewa pesawat di Indonesia tergolong lebih tinggi dibanding dengan negara lain.

Ketua Penerbangan Tidak Berjadwal Indonesia National Air Carriers Association Denon Prawiraatmadja mengatakan, air taxi atau taksi udara di Indonesia biayanya US$ 2.800 atau sekitar Rp 28 juta per jamnya.


"Kita bandingkan dengan di US (Amerika Serikat), di sana penerbangan dengan pesawat yang sama jenis helikopter single engin (mesin tunggal) ongkosnya hanya sekitar US$ 1.100 (Rp 11 juta) per jam," kata dia di Grand Mercure, Jakarta Selasa (15/10/2014).


Perbedaan harga yang sangat mencolok ini dikarenakan saat ini biaya operasional yang tinggi lantaran untuk urusan suku cadang yang diperlukan untuk perawatan, Indonesia masih mengandalkan pabrikan dari luar negeri.


"Selain perbedaan mata uang, kita juga terpengaruh karena sparepart (suku cadang) kita masih datangkan dari luar. Kemudian, meskipun sudah diberlakukan 0% pajak untuk suku cadang pesawat, namun masih ada beberapa suku cadang yang dianggap sebagai suku cadang umum dan masih kena pajak, makanya biaya air taxi di Indonesia masih cukup tinggi," sebut dia.


Padahal, lanjut dia, peluang pertumbuhan industri di sektor ini tergolong masih sangat tinggi. Contohnya seperti di Jakarta yang kebutuhan mobilitasnya sangat tinggi di tengah macetnya jalanan ibu kota ini.


"Jakarta itu punya tipikal yang unik. Banyak orang kaya kumpul di sini, bisnis juga banyak bergerak di sini, tapi mobilitas tidak bisa gesit karena macetnya sulit diprediksi. Air taxi dianggap bisa menjadi solusi. Peluangnya masih besar," kata dia.


Salah satu pemain dalam industri ini adalah PT Whitesky Aviation. Untuk area Jakarta, taksi udara yang dioperasikan Whitesky menyasar kalangan pebisnis dan perusahaan. Di Balikpapan banyak dimanfaatkan oleh pegawai pertambangan and plantation company.


Melihat peluang tersebut, dirinya. Meminta agar pemerintah bisa memberi perhatian lebih agar industri ini bisa berkembang dan bersaing dengan industri serupa di negara lain.


"Caranya tadi itu yang soal komponen pesawat mungkin bisa dikaji ulang supaya kami bisa menawarkan harga yang lebih kompetitif," pungkasnya.


(ang/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!