"Kita walau eksportir timah terbesar, kita tidak bisa menentukan harga timah dunia. Justru yang mentukan adalah London Metal Exchange (LME) yang sebetulnya di negara mereka bukan produsen timah," ungkap Presiden Komisaris PT Timah (Persero)Tbk Insmerda Lebang saat berkunjung ke Redaksi detikFinance, Kamis (16/10/2014).
Lebang mengungkapkan, semua ekspor timah dijual terlebih dahulu di LME, harganya ditentukan berapa besar suplai timah dari berbagai produsen timah termasuk Indonesia. Bila stok timah berlimpah maka harga timah akan turun, sedangkan bila stok berkurang justru sebaliknya.
"Dulu kita kirim ke London, di simpan di sana, mereka yang tentukan harga dibodoh-bodohin kita, padahal kita yang punya timah paling banyak," ucapnya.
Hal yang sama diungkapkan CEO PT Refined Bangka Tin Petrus Tjandra, kondisi ini jelas merugikann Indonesia karena tidak bisa menentukan harga. Selain itu, fluktuasi harga timah di LME juga sangat luar biasa, dalam beberapa bulan fluktiasinya hingga 29%.
"LME itu begitu kuat peranan tradernya, harusnya kan yang menentukan harga itu produksi produsen dan pembeli, nah kalau di LME itu kita kenal lagi harga jin (hantu), nggak ada hujan nggak ada angin tiba-tiba harganya bisa naik bisa juga turun, terserah mereka saja," tutupnya.
Akhirnya, Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) atau Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), lahir sejak 2012. Namun baru sejak Agustus tahun lalu, ekspor timah batangan wajib lebih dahulu diperdagangkan melalui bursa di Indonesia. Keberadaan ICDX bisa menjadi harapan agar Indonesia bisa menjadi basis penentu harga timah dunia.
(rrd/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
