Begini Caranya Supaya 13 Kawasan Industri Jokowi Laku 'Dibeli' Investor

Jakarta -

Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal mengembangkan 13 kawasan industri di luar Pulau Jawa. Ada syarat khusus dari kalangan dunia usaha agar kawasan industri tersebut 'laku' dan menjadi daya tarik investor untuk menanamkan modalnya.


Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Suryo Bambang Sulisto, menuturkan ‎pihaknya sebagai pengusaha sangat menyambut baik adanya penambahan lahan untuk kawasan industri di Indonesia, apalagi kawasan industri itu tak hanya terfokus di Jawa yang sudah sangat padat.


"Saya kira ini gagasan yang baik untuk kawasan industri. ‎Menyebar jangan hanya Jawa sentris harus didukung lebih banyak industri itu berkembang di daerah lain," kata Suryo di Menara Kadin, Kuningan, Jakarta, Kamis (22/1/2015).


Suryo mengatakan, kawasan industri saja tidak cukup. Menurutnya, pemerintah harus berupaya agar kawasan indsutri tersebut bisa menarik banyak investor dalam negeri maupun asing untuk menanamkan modalnya. Salah satu yang paling krusial menurutnya adalah penyediaan infrasturktur di kawasan industri tersebut.


"Ini perlu upaya yang teritegrasi antara semua unsur. Perlu ada semacam daya tarik yang dipikirkan. Mengapa misalnya orang akan mau berinvestasi di daerah itu. Misalnya pemerintah sediakan pembangkit listrik di situ, pelabuhan. Upaya yang sinergis antar semua departemen itu, kita perlu duduk bersama. Harus ada insentif, sehingga kita tertarik," tambahnya.


Karena menurutnya, Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi favorit.

Potensi sumber daya manusia di Indonesia didukung dengan pasar yang juga potensial, punya daya tarik tersendiri di mata para investor. Namun, kendalanya saat ini masih pada persoalan infrastruktur.


‎"Saya ketemu dengan banyak investor dia bilang banyak negara ekonomi yang tengah berkembang, Turki, Afrika Selatan, dan Indonesia salah satunya. Tapi kata mereka Indonesia nomor satu paling menarik. Alasannya adalah sumber daya alam, big market, big rising middle class," papar Suryo.


"Tapi alasan paling jelas adalah peluang. Indonesia kurang energi, makanan, ini kesempatan bagi kita. Kendalanya adalah infrastrukturnya jelek, dan SDM-nya jelek. Ini peluang," tutupnya.


(zul/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com