Harga Minyak Anjlok, Tiongkok Hemat Rp 1.200 Triliun

Jakarta -Harga minyak dunia sampai saat ini masih bertahan di level rendah. Dalam beberapa waktu terakhir, harga si emas hitam 'betah' berada di bawah level US$ 50/barel.

Mengutip data perdagangan Reuters, harga minyak jenis Light Crude untuk pengiriman Februari 2015 ada di posisi US$ 45,29/barel. Sementara harga minyak Brent adalah US$ 48,55/barel.


Bagi negara-negara importir minyak, penurunan harga minyak menjadi berkah tersendiri. Salah satunya dialami Tiongkok, importir minyak terbesar di dunia.


"Akibat harga minyak yang rendah, Tiongkok bisa menghemat US$ 100 miliar (Rp 1.200 triliun) hanya dalam 6 bulan terakhir. Dan kami tidak melakukan apa-apa," kata Boqiang Lin, analis energi dari China Institute for Energy Policy Studies seperti dilansir CNN, Sabtu (24/1/2015).


Tiongkok, lanjut Lin, tentu berharap harga minyak bisa terus rendah. "Harga minyak rendah menjadi momentum bagi kami untuk tumbuh dan menciptakan lapangan kerja," tuturnya.


Dalam 6 bulan terakhir, harga minyak turun dari US$ 116 barel menjadi di bawah US$ 50/barel. Meski menjadi berkah bagi Tiongkok, tetapi penurunan harga minyak membuat susah negara seperti Rusia. Pasalnya, separuh ekonomi Rusia tergantung dari penjualan minyak.


"Tidak ada kabar baik buat kami saat ini, 2015 akan menjadi tahun yang berat," kata Igor Shuvalov, Deputi Perdana Menteri Rusia.


(hds/hds)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com