Pakaian Bekas Impor Berbahaya dan Ilegal, Mendag Gobel: Konsumen yang Dirugikan

Jakarta -Pemerintah menganggap produk pakaian bekas impor sebagai produk yang berbahaya dan ilegal. Apabila ada konsumen yang membelinya justru mereka yang dirugikan.

Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel mengatakan persoalan pakaian bekas impor bukan hanya persoalan konsumen yang dirugikan. Pakaian bekas bagian dari peredaran produk berkualitas rendah yang mengganggu pasar atau industri dalam negeri.


"Gimana kita membangun industri kalau kayak begitu? Yang rugi adalah konsumen. Dampak yang didapat oleh konsumen adalah keselamatan, keamanan, kesehatannya," kata Gobel di komplek Istana Negara, Jakarta, Senin (2/2/2015).


"Coba kalau pangsa pasar kita diisi buah-buahan terkontaminasi, pakaian bekas ilegal, barang-barang berkualitas rendah?" tanya Gobel.


Gobel mengakui di dalam negeri masih banyak produk-produk berkualitas rendah yang rawan terhadap kesehatan, sehingga merugikan konsumen. Selain pakaian bekas impor, ada juga produk-produk impor yang kualitas rendah.


"Pakaian bekas, nanti hasil laboratorium akan diumumkan, jadi modal kita (pasar) harus dijaga," tegas Gobel.


Seperti diketahui peredaran baju bekas ilegal yang diimpor dari luar negeri terus marak terjadi. Masyarakat masih gemar membeli baju bekas. Melihat kondisi tersebut, Kementerian Perdagangan ingin menyadarkan bahayanya baju bekas.


"Baju bekas itu merupakan barang berbahaya, kami ingin masyarakat sadar itu," ucap Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan (Kemendag) Widodo pekan lalu.


Widodo mengatakan, pihaknya sudah melakukan penelitian dengan mengambil sampel 25 pakaian bekas yang dijual di Pasar Senen. Sempel 25 pakaian bekas tersebut terdiri dari 5 kelompok pakaian anak, wanita, dan pria.


"Baru kami pisahkan masing-masing kelompok, itu di tangan saja sudah terasa gatal. Setelah dilakukan uji laboratorium, dan hasilnya pakaian tersebut mengandung banyak bakteri mikrobiologis. Kalau digunakan akan kena gatal-gatal, diare, dan yang mengerikan bisa terkena penyakit saluran kelamin," ungkap Widodo.


(hen/hds)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com