Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, minyak goreng yang diimpor tersebut adalah jenis tertentu dan bukan untuk masyarakat umum. Terlihat nilainya tidak terlalu signifikan.
"Minyak goreng itu impornya sangat kecil, cuma US$ 11,7 juta. Tenang, kita masih besar untuk ekspor," ungkapnya dalam konferensi pers di kantor pusat BPS, Jakarta, Selasa (15/4/2015).
Ekspor minyak goreng dalam periode yang sama, lanjut Suryamin, mencapai US$ 4,3 miliar. Artinya ada surplus yang cukup besar dari perdagangan minyak goreng.
"Jadi masih surplus dan itu besar sekali," ujarnya.
Minyak goreng impor datang dari beberapa negara yaitu India, Malaysia, Australia, Singapura, dan Thailand. Di samping itu ada negara lain yang nilainya tidak terlalu signifikan.
(mkl/hds)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
