Demikian disampaikan Direktur Konsultasi Strategis Jones Lang LaSalle dalam paparan media tentang kondisi pasar properti di Jakarta dan Surabaya pada 3 bulan pertama tahun 2015 di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (15/4/2015).
"Aktifitas pasar properti di Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta masih menunjukkan persepsi yang positif," tutur dia.
Tingginya daya tarik itu, lanjut dia, mendorong para pengembang memburu kawasan-kawasan di luar Jakarta dengan ketersediaan lahan yang lebih luas dan harga tanah yang cenderung lebih murah.
"Lokasinya harus dekat dengan infrastruktur transportasi terutama kereta api," sambung dia.
Kriteria ini bisa ditemui seperti di kawasan pinggiran Jakarta Barat yang berbatasan dengan Tangerang, maupun Jakarta Selatan yang berbatasan dengan Depok dan Bogor.
Dipilihnya lokasi dekat dengan jalur kereta api, lanjut dia, karena para pengembang tengah membidik pasar masyarakat berpenghasilan menengah dan menengah ke bawah. Kelompok masyarakat ini terus tumbuh pesat dari segi jumlah, sehingga manjadi target pasar yang sangat potensial.
"Masyarakat menengah dan bawah itu banyak yang bekerja di kota tapi mencari hunian di luar jakarta yang berharga murah. Itu sasaran utama makanya banyak yang berburu di luar Jakarta. Tapi mencarinya pun yang dekat rel kereta. Yang utama kereta bukan tol karena low cost (masyarakat berpenghasilan rendah) itu kan nggak punya mobil makanya lebih pilih kereta," papar dia.
Dengan karakteristik target pasar yang seperti itu, para pengembang pun menyesuaikan harga rumah agar lebih terjangkau dengan patokan harga yang tak terlampai tinggi.
"Di bawah Rp 500 juta. Sekitar Rp 200-300 juta. Itu yang sekarang banyak dipasarkan. Sekarang menjamur, kita lihat banyak pengembang dari yang besar sampai yang kecil," tutur dia.
(dna/ang)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
