BPH Migas: Industri, Kapal dan Mobil Mewah Pakai BBM Subsidi Karena Murah

Jakarta - Lebarnya perbedaan harga antara Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi dengan BBM Non Subsidi yang mencapai Rp 5.000 per liter membuat industri, kapal dan mobil pribadi kelas menengah atas beralih menggunakan BBM subsidi.

Direktur BBM Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Djoko Siswanto mengatakan over kuota BBM subsidi sebesar 0,7% sejak Januari-Februari 2013 lebih banyak disebabkan penyalahgunaan BBM subsidi dan beralihnya kendaraan mobil kelas menengah atas ke BBM subsidi.


"Kuota BBM subsidi over 0,7%, walau masih normal, namun hal ini lebih dikarenakan penyahgunaan BBM subsidi jenis solar yang digunakan oleh industri-industri dan kapal serta karena beralihnya kendaraan pribadi menengah ke atas dari BBM non subsidi (Pertamax dan Dex) ke BBM subsidi (premium dan solar)," kata Djoko dalam pesan singkatnya kepada detikFinance, Selasa (19/3/2013).


Penyalahgunaan BBM subsidi jenis solar yang digunakan industri dan kapal (kedua-duanya dilarang menggunakan BBM subsidi Red) dan beralihnya kendaraan pribadi kelas menengah-atas dikarenakan disparitas harga BBM subsidi yang terlampau lebar.


"Ini karena disparitas harga antara BBM subsidi dengan non subsidi (sekitar Rp 5.000 per liter) membuat industri dan kapal menyahgunakan solar dan mobil kelas menengat atas beralih menggunakan BBM subsidi," ungkap Djoko.


Seperti diketahui konsumsi BBM subsidi pada Januari 2013 untuk Premium mencapai 2.391.418 kilo liter, Solar mencapai 1.277.670 KL dan minyak tanah/kerosine mencapai 95.075 KL.


"Sedangkan pada Februari konsumsi BBM subsidi mencapai 2.192.430 KL, Solar mencapai 1.165.267 KL dan minyak tanah mencapai 89.641 KL," ungkap Djoko.


"Over cuma 0,7% termasuk normal kategori di bawah 1% adalah normal," tandas Djoko.


Sebelumnya PT Pertamina memperkirakan konsumsi BBM subsidi tahun ini akan melebihi 3-3,5 juta KL apabila tidak ada upaya inisiatif untuk mengurangi konsumsi BBM subsidi.


(rrd/dru)