Siap-siap Hadapi Pasar Bebas ASEAN 2015, RI Mau Belajar Pertanian dari Eropa

Jakarta - Sepuluh negara yang tergabung dalam ASEAN bakal memberlakukan penyatuan masyarakat ekonomi ASEAN (ASEAN Economy Community/AEC) mulai 2015. Tak mau jadi pecundang yang diserbu oleh barang-barang impor termasuk produk pertanian, pemerintah Indonesia ingin belajar dari Eropa.

Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan menyatakan, Eropa juga memberlakukan penyatuan Uni Eropa dan di sinilah negara-negara yang tergabung harus siap agar tidak menjadi pecundang. Indonesia selama ini diserbu oleh produk-produk pertanian impor seperti beras, gula, jagung, hingga buah-buahan. Menghadapi AEC di 2015, pemerintah menyatakan tak mau jadi pecundang.


"Jangan sampai kita masuk the biggest the losser. Penduduk kita 250 juta, jadi kita lebih dari separuh penduduk ASEAN, dibandingkan dengan 9 negara lainnya. Saya usahakan membuat suatu workshop dengan ahli bagaimana kesiapan kita untuk AEC, karena ini waktunya makin dekat, nanti kita bisa kaget," cetus Rusman saat ditemui detikFinance di kantornya, Ragunan, Jakarta, Senin (11/3/2013).


Pada saat AEC berlaku, semua tarif-tarif bea masuk impor di semua negara bakal dihapus, dan ini membuat pergerakan barang-barang di ASEAN bakal bergerak bebas tanpa halangan. Pemerintah tak mau Indonesia hanya jadi penerima barang-barang impor pertanian, khususnya buah-buahan atau hortikultura.


"Jadi saya juga akan belajar bagaimana pertanian di negara-negara Eropa misalnya, bagaimana dia mengelola pertanian di negara amsing-masing ketika masuk di masyarakat Eropa, namun bukan berarti saya harus ke Eropa. Itu best practice (patokan) juga, bagaimana penduduk kita yang besar supaya jangan jadi bulan-bulanan yang besar. Jadi hortiluktura masih panjang, dan kalau bisa kita kembangkan, ini hortikultura punya nilai tambah paling tinggi," papar Rusman.


Namun, mengembangkan produk pertanian khususnya hortikultura tidak mudah karena produk buah-buahan sangat sensitif. "Losses-nya paling tinggi yaitu 30%, jadi kalau hasilkan buah 100, yang berguna hanya 70, sisanya busuk atau tidak sempurna. Beda sama beras yang bisa disimpan hingga 6 bulan. Jadi bagaimana memperkuat agribisnis untuk hortikultura ini, supaya kalau tidak dikonsumsi segera bisa dihilirisasikan ke industri-industri berbasis buah-buahan segar," tutur Rusman.


Karena soal kerugian 30% ini harus diperbaiki, karena buktinya selama ini buah-buahan impor bisa tahan meski dikirim jauh dari Indonesia.


Seperti diketahui, kebijakan larangan impor buah dan sayur berlaku sementara mulai Januari-Juni 2013 dengan skema pembatasan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH).


Berikut ini 13 produk hortikultura yang dilarang masuk sementara:



  1. Kentang

  2. Kubis

  3. Wortel

  4. Cabai

  5. Nanas

  6. Melon

  7. Pisang

  8. Mangga

  9. Pepaya

  10. Durian

  11. Krisan

  12. Anggrek

  13. Heliconia


(dnl/dru)