RI Impor BBM Rp 68 Triliun, Pemerintah Waspada

Jakarta - Sepanjang kuartal I-2013 atau dalam 3 bulan, pemerintah Indonesia melakukan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) US$ 7,26 miliar atau sekitar Rp 68,9 triliun yang menyebabkan neraca perdagangan Indonesia defisit. Pemerintah pun waspada.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa usai rapat terbatas dengan Presiden SBY soal ekonomi makro mengatakan, pemerintah mencermati kondisi besarnya impor BBM ini. Apalagi BBM subsidi yang disebar tidak tepat sasaran, atau dinikmati oleh mereka yang mampu.


"Kita tetap mencermati meningkatnya impor migas kita dari kuartal sebelumnya. Harus ada upaya-upaya mengatasi agar beban ini harus bisa

dikendalikan dengan menahan konsumsi BBM (subsidi) yang tidak tepat sasaran," ujar Hatta di Istana Negara, Jakarta, Selasa (7/5/2013).


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, untuk Maret 2013 saja, ngka impor BBM Indonesia mencapai US$ 2,11 miliar atau sekitar Rp 20 triliun. Nilai ini turun dari angka impor BBM di Februari 2013 yang sebesar US$ 2,65 miliar.


Maka dari itu, pada tiga bulan pertama neraca perdagangan Indonesia (NPI) masih terhitung defisit sebesar US$ 67,5 juta, ini karena impor migas yang cukup besar. Total ekspor diketahui sebesar US $45,39 miliar atau lebih rendah dibanding impor yang mencapai US$ 45,46 miliar.


Hatta mengatakan pemerintah memang tengah melakukan upaya menaikkan harga BBM subsidi dalam APBN Perubahan 2013 dan juga mempersiapkan kompensasi kenaikan harga ini untuk orang miskin, seperti dengan menyediakan bantuan langsung tunai (BLT) atau yang nanti bernama bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM).


Kompensasi untuk orang miskin ini juga untuk menjaga agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak turun akibat kenaikan harga BBM subsidi.


Di tahun ini, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonsia di kisaran 6,2-6,3%. Pemerintah menurunkan target dari awalnya sebesar 6,8%.


(dnl/hen)