Prof. Wiratman: Bangun JSS dari Anyer ke Bakauheni Rp 100 Triliun

Jakarta - Perancang konstruksi Jembatan Selat Sunda (JSS) Prof. DR. Wiratman Wangsadinata menyatakan untuk pembangunan fisik JSS saja memerlukan anggaran Rp 100 triliun. Sedangkan jika mencakup keseluruhan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda (KSISS) butuh dana lebih besar hingga Rp 200 triliun.

"Menurut perhitungan saya, dari Anyer ke Bakauheni 100 triliun namun jika dengan pengembangan wilayah jadi Rp 200 triliun," kata pria kelahiran Jakarta 1935 ini merupakan alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) ini kepada detikFinance, Selasa (23/7/2013).


Prof. Wiratman merupakan jebolan S-1 teknik sipil tahun 1960 dan menyabet gelar doktornya di tahun 1992 bidang bangunan.


Rencana proyek JSS memiliki dua pilihan trase atau rute proyek. Dua versi itu antara lain hasil survei awal dari Prof Wiratman Wangsadinata (pra studi oleh Artha Graha) dan Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum (PU).


Trase JSS buatan Ditjen Bina Marga memiliki panjang total 28,8 kilometer (Km) sedangkan trase hasil Wiratman panjangnya 28,4 Km.


Lokasi pilihan dari Wiratman terletak di belakang PT Asahimas Chemical, Anyer, Banten, sementara lokasi masukan dari Ditjen Bina Marga berjarak sekitar 3 Km lebih ke selatan.


Sebelumnya Wakil Menteri PU Hermanto Dardak mengatakan, pihaknya masih mengkaji dua trase itu. Kajian tersebut dilakukan untuk menentukan rute terbaik dari jembatan yang akan menghubungkan Pulau Jawa dengan Sumatera.


Pra Studi Kelayakan JSS hasil dari Wiratman menunjukkan trase yang relatif lurus, namun harus membangun dua bentang utama jembatan yang berakibat dana pembangunan lebih mahal. Sementara hasil Pra Studi dari Ditjen Bina Marga memperlihatkan trase yang lebih panjang, namun hanya menggunakan satu bentang utama.


Menurut Hermanto, hasil kedua prastudi ini menjadi konsep dasar untuk tahapan studi kelayakan yang akan segera dilakukan. Menurutnya, bukan tidak mungkin jika nantinya trase yang digunakan merupakan kolaborasi gabungan dari dua kajian tersebut.


(hen/dnl)