Bahaya Buat RI Kalau Pemerintah AS Tutup Lebih dari Seminggu

Jakarta - Sudah 3 hari pemerintahan Amerika Serikat (AS) ditutup atau tak berjalan karena anggaran belum disetujui Kongres. Pemerintah Indonesia tak ingin kondisi di AS ini berlangsung hingga seminggu.

Menteri Perindustrian MS. Hidayat mengatakan, konflik antara dua partai di Amerika Serikat terkait anggaran diharapkan segera berakhir, dan tidak sampai berlangsung lebih dari seminggu.


"Saya berharap jangan sampai lama berantemnya antara Demokrat dan Republik ini. Apalagi sampai lebih dari seminggu bahkan berminggu-minggu, ini tentu mengkhawatirkan," kata Hidayat ditemui usai acara Indonesia-China Business Luncheon yang diadakan di Hotel Shangri-La, Jakarta, Kamis (3/10/2013).


Menurut Hidayat, bila penutupan pemerintahan AS berlangsung lama, maka akan mempengaruhi pasar perdagangan Indonesia di AS. Permintaan barang ekspor ke AS pasti akan menurun.


"Market kita di Amerika pasti akan terganggu, karena ekspor kita ke Amerika cukup besar terutama barang-barang konsumtif seperti tekstil, garmen, makanan, dan minuman, beberapa produk bahan baku. Kalau sampai berantemnya seminggu bahkan berminggu-minggu, akan terjadi penurunan dari permintaan," ungkap Hidayat.


"Bahkan bagi Amerika Serikat sendiri kondisi ini justru merugikan dirinya sendiri, jadi kita berharap ini cepat selesai," tambahnya.


Namun, penutupan pemerintahan AS ini tidak akan memperngaruhi investasi AS di Indonesia. "Investasi Amerika di Indonesia di bidang manufaktur tidak terlalu besar, mereka hanya besarnya di oil and gas," jelas Hidayat.


Di tempat terpisah, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Budi G. Sadikin mengatakan, dampak penutupan pemerintahan AS terhadap sektor perbankan di Indonesia tidak sebesar dampak wacana bank sentral AS menghentikan program stimulusnya pada 2 bulan lalu.


"Dana banyak yang keluar mungkin nggak sesignifikan 2 bulan yang lalu," ucap Budi.


Namun Budi mengakui, saat ini sentimen negatif masih mewarnai perekonomian dunia dan Indonesia. "Kalau saya melihatnya sentimennya masih negatif di Indoensia. Menurut saya sudah sampai ke bawah ya," jelasnya.


(rrd/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!