Bisakah Ekonomi RI Lepas dari Pengaruh AS? Ini Jawaban Chatib Basri

Nusa Dua - Seringkali guncangan ekonomi dan politik yang terjadi Amerika Serikat (AS) berpengaruh terhadap kondisi ekonomi Indonesia. Contoh saja beberapa bulan lalu saat bank sentral AS yaitu The Fed yang berencana mengakhiri stimulusnya. Ini membuat ekonomi Indonesia, terutama pasar saham langsung jatuh, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar anjlok. Bisakah Indonesia lepas dari pengaruh AS?

Menteri Keuangan Chatib Basri merasa, Indonesia perlu untuk keluar dari ketergantungan dan pengaruh tersebut. Caranya adalah dengan menguatkan ekonomi domestik. Terutama dengan menyeimbangkan transaksi berjalan, fiskal, dan menjaga inflasi.


"Untuk solusinya, kita harus memperkuat dari sisi domestik, fiscal balance, dan current account balance," ujar Chatib dalam sambutannya pada acara Pre-CEO Summit di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, Sabtu (5/10/2013).


Chatib mencontohkan dengan apa yang terjadi dengan Singapura, Filipina, dan Australia. Ketiga negara ini sama sekali tidak terkena dampak buruk dari gejolak yang terjadi pada AS.


"Kenapa negara Singapura, Filipina, atau Australia itu tidak terkena dampak buruk dari tapering off quantitative easing (rencana The Fed mengakhiri stimulus)? Karena domestiknya kuat," sebut Chatib.


Ke depan, kata Chatib negara-negara di dunia harus terbiasa tanpa stimulus dari AS. Sebab menjadi sangat sulit menjalankan roda perekonomian jika harus bergantung dari stimulus negara lain.


"Kita harus kembali ke dunia tanpa stimulus. Suatu hari, The Fed akan mengakhiri stimulus. Kita harus siap untuk itu," ujarnya.


Untuk Indonesia, Chatib mengatakan, saat ini tengah memperkuat kebijakan-kebijakan domestik. Ini sduah dilakukan sejak terjadi gejolak ekonomi dalam beberapa bulan terakhir.


"Saat kita keluarkan kebijakan itu dalam beberapa waktu pasar sudah cukup tenang. Rupiah bisa stabil pada angka 11.000/US$ dan itu akan terus kita evaluasi untuk adanya perbaikan," ungkap Chatib.