Dahlan Iskan: Manajemen dengan Tiga Musuh Baru

Jakarta -Para direksi BUMN kini menghadapi ujian alam: menghadapi gejolak ekonomi. Terutama ketika dolar mencapai Rp 12.000 seperti yang terjadi sejak pekan lalu. Semangat untuk maju yang sudah dibangun menggebu-gebu, kini harus berhadapan dengan jurang.

Risiko-risiko perusahaan kini menganga di depan mata. Dalam menghadapi situasi seperti ini semangat saja tidak lagi cukup. Antusias dan integritas saja tidak memadai. Harus ada plus plusnya.


Kini fokus direksi tidak hanya bagaimana maju, tapi juga bagaimana tidak berhenti di tempat, tidak mundur, dan lebih-lebih tidak hancur. Kalau fokus di masa normal adalah bagaimana bisa maju, di masa gejolak ekonomi seperti sekarang ini fokusnya bercabang-cabang: efisiensi, kreatif, inovatif, dan siap-siap potong kegiatan, potong anggaran, dan potong perencanaan.


Tugas direksi BUMN lebih berat dari direksi perusahaan swasta. BUMN mengemban misi untuk ikut menjadi benteng ketahanan nasional, pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan martabat bangsa. Direksi BUMN tidak boleh hanya mikir keselamatan perusahaan. Tapi juga keselamatan ekonomi secara keseluruhan.


Lebih-lebih lagi gejolak ekonomi ini terjadi di tahun politik. Tugas direksi menghindari tekanan politik harus juga dikedepankan.


Saya ingat waktu saya masih menjadi CEO perusahaan swasta. Tiga kali saya mengalami krisis, tapi saya berprinsip kita tidak boleh kalah oleh krisis. Tidak boleh menyerah kepada krisis.


Para direksi BUMN yang ada sekarang umumnya belum pernah memimpin perusahaan di masa krisis. Kecuali yang sudah pernah jadi direksi di tahun 2008. Maka saya minta direksi BUMN untuk segera mendiskusikan kondisi perusahaan masing-masing dalam kaitannya dengan gejolak ekonomi sekarang ini. Saya akan ikuti dari dekat bagaimana masing-masing direksi menyikapi gejolak ini.Next


(ang/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!