Pemenang Nobel Ini Ingatkan Bahaya Krisis Harga Saham di AS

Jakarta -Harga saham-saham di bursa Amerika Serikat (AS) dinilai sudah naik terlalu tinggi dan terancam terjadinya gelembung atau bubble yang menyebabkan krisis ekonomi baru.

"Saya belum membunyikan alarm bahaya. Namun di banyak negara, harga saham-saham sudah naik tinggi, dan harga properti di banyak negara juga naik tajam..ini bisa berakhir buruk," ujar pemenang nobel ekonomi 2013 Robert Shiller dikutip dari CNBC, Senin (2/12/2013).


"Saya melihat adanya ledakan di pasar saham AS yang harus jadi perhatian," katanya.


Menurut Shiller, dia memperhatikan pasar saham AS karena ekonomi negara tersebut masih lemah dan rapuh. Selain itu, Shiller juga khawatir soal kenaikan harga properti di Brasil. Menurutnya, kenaikan harga rumah telah mewarnai pertumbuhan kelas menengah dan juga negara ekonomi berkembang.


Shiller melihat kemiripan kondisi ini dengan ledakan pasar properti di AS pada pertengahan tahun 2000. "Dunia masih sangat rapuh bila bubble atau gelembung terjadi," ujarnya.


Seperti diketahui, Shiller memenangkan nobel ekonomi pada Oktober lalu karena risetnya tentang perbaikan cara memperkirakan harga aset dalam jangka panjang, dan membantu membuat indeks pendanaan di pasar saham. Shiller mendapat hadiah US$ 1,25 juta bersama temannya Eugene Fama dan Lars Peter Hansen.


Shiller juga pernah menyampaikan saat penyerahan hadiah nobel di Swedia soal stimulus dari bank sentral AS (The Federal Reserves) dan ledakan pasar properti dunia.


Indeks-indeks saham di bursa Wall Street AS memang terus mencetak rekor baru pada November lalu. Bahkan indeks S&P500 naik 26,6% sejak awal tahun. Indeks Dow Jones juga terus mencetak rekor.


(dnl/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!