Gas dan Surya, Sumber Energi Paling Diharapkan Masyarakat Dunia

Manila -Perusahaan migas asal Belanda, Shell menggelar survei di 31 kota di Asia Pasifik. Hasilnya, masyarakat menganggap gas dan surya (matahari) adalah sumber energi yang paling diharapkan saat ini dan ke depannya oleh masyarakat.

Vice President Global Business Development Shell, Jeremy Bentham mengatakan, survei tersebut mencakup 8.446 orang di 31 kota dan 9 wilayah yang tersebar di benua Asia dan Australia. Survei ini dilatarbelakangi karena timbulnya kekhawatiran akan kebutuhan energi masa depan di tengah meningkatnya tekanan pada energi, air dan makanan.


"Thailand, Filipina dan India menduduki daftar teratas dari sembilan negara Asia yang mengaku sangat khawatir akan hal tersebut. Sebanyak 80 persen responden menempatkan pentingnya kebutuhan energi masa depan jangka panjang di peringkat yang sama dengan kekhawatiran akan kebutuhan sehari-hari seperti pendidikan publik dan biaya hidup," ujar Jeremy saat diskusi Powering Progress Together di Manila Hotel, Manila, Filipina, Kamis (6/2/2014).


Jeremy mengatakan, sebagian besar responden survei percaya bahwa kekurangan energi dan harga energi yang semakin tinggi akan memberikan dampak signifikan pada negara mereka.


Isu-isu yang dinilai paling relevan adalah kekurangan energi di Thailand dengan tingkat kekhawatiran 91% dan Korea Selatan 70%. Harga energi yang semakin tinggi di India sebanyak 91% dan Singapura 79%. Kekurangan air di Vietnam sebanyak 89% dan kekurangan bahan makanan di Indonesia sebanyak 86%.


"Survei ini mengindikasikan bahwa Asia mendukung beragam sumber energi masa depan, dengan energi surya dan gas alam yang menempati posisi teratas di banyak negara. Energi surya merupakan sumber energi masa depan yang paling diharapkan di sebagian besar negara yang mencakup Singapura 86%, Thailand 83% dan India 77%. Gas alam disebut sebagai sumber energi masa depan yang paling diharapkan di Brunei 87% dan sumber energi masa depan kedua yang paling banyak dipilih di Singapura 52%, Indonesia 43% dan India 43%," jelas Jeremy.


Selain itu, lanjut Jeremy, pada 2030, dunia akan membutuhkan 40 hingga 50 persen energi, air dan makanan yang lebih banyak seiring dengan kenaikan permintaan dan pertambahan populasi. Tekanan yang sangat besar akan terjadi pada sumber-sumber vital ini karena energi digunakan untuk mengolah dan menggerakkan air, sementara air dibutuhkan untuk menghasilkan energi dan memproduksi bahan makanan.


"Kami sangat senang mengetahui bahwa orang-orang Asia memandang kebutuhan energi masa depan sebagai prioritas utama, terutama karena wilayah ini akan menjadi salah satu pusat pertumbuhan populasi dan permintaan energi tercepat," ujar Jeremy Bentham.


"Lebih dari sebelumnya, industri, pemerintah dan masyarakat akan mengemban tanggung jawab bersama untuk menciptakan masa depan energi yang lebih baik, serta berkolaborasi dan mengkoordinasikan upaya untuk menjawab berbagai tantangan bagi generasi yang akan datang," tambahnya.


(jor/dru)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!