Yuk, Rekreasi Di Udara Pakai Parasut

Jakarta -Ada berbagai jenis aktivitas dirgantara. Mulai dari aeromodelling, terjun payung, dan sebagainya. Kali ini, detikFinance mencoba mengulas mengenai hobi dan aktivitas salah satu cabang aktivitas dirgantara, yaitu paralayang.

Secara singkat, paralayang bisa diartikan sebagai olahraga atau rekreasi melayang dengan menggunakan parasut dari ketinggian tertentu. Meski tanpa bantuan mesin, pemain paralayang bisa mengudara sampai berjam-jam dan menempuh jarak puluhan bahkan ratusan kilometer. Bahkan seorang ahli paralayang bisa menambah ketinggian ketika melayang di udara.


Sejarah paralayang berawal pada era 1950-an. Pada 1952, Domina Jalbert mengembangkan parasut multisel yang bisa dikendalikan. Ini merupakan cikal bakal parasut untuk paralayang. Pada 1954, sebuah artikel di majalah Flight menyebutkan bahwa akan datang waktunya seseorang untuk bisa melayang setelah melompati tebing dengan alat tersebut.


Setelah itu, paralayang terus berkembang dan peminatnya semakin banyak. Sampai akhirnya digelar kejuaran dunia paralayang pertama pada 1989 di Kossen, Austria. Eropa memang menelurkan banyak penggila paralayang. Di Perancis saja, saat ini ada lebih dari 25 ribu pegiat paralayang.


Sejarah paralayang di Indonesia bisa dikatakan relatif baru. “Paralayang mulai masuk di Indonesia sekitar akhir 1989. Sebelumnya ada beberapa orang asing yang melakukannya, tetapi belum banyak yang tahu,” kata David Agustinus Teak, salah seorang penggiat paralayang generasi pertama, di Jakarta kemarin.


Meski merupakan kegiatan kedirgantaraan, ternyata paralayang tidak banyak digemari kalangan militer. “Kebanyakan orang sipil, militer malah sedikit,” ujar David.


Setelah masuk pada 1989, paralayang berkembang dengan pesat di Indonesia. Maklum saja, Indonesia memiliki banyak tempat yang cocok dijadikan destinasi untuk paralayang.Next


(hds/DES)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!