Perusahaan Jepang Tertarik Investasi Pembibitan Sapi di Indonesia

Jakarta -Perusahaan peternakan Jepang sepakat mengekspor daging sapi jenis wagyu ke Indonesia mulai tahun ini. Jepang hanya menunggu proses legalitas aspek kehalalan yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Selain itu, perusahaan peternakan Jepang tampaknya serius untuk berinvestasi pembibitan sapi di Indonesia. Hal itu didasari besarnya kebutuhan daging sapi di Indonesia setiap tahunnya. Kebutuhan daging nasional pada tahun 2014 ini diprediksi akan meningkat hingga 6% dari 549.000 ton menjadi Rp 560.000 ton.


"Perusahaan peternakan Jepang sekaligus berkeinginan untuk berinvestasi perbibitannya di Indonesia," ungkap Dirjen Peternakan dan Kesehatan Syukur Iwantoro kepada detikFinance, Sabtu (22/0/2014).


Namun ia belum berani mengungkapkan siapa perusahaan peternakan Jepang yang dimaksud. Ia pun membebaskan perusahaan peternakan Jepang tersebut untuk bekerjasama dengan mitra lokal mengembangkan bisnis pembibitan sapi di Indonesia.


"Tentunya perusahaan Jepang dengan mitranya di Indonesia. Lokasinya terserah mereka," imbuhnya.


Menurut data Badan koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jepang merupakan negara yang berada di peringkat 4 besar sebagai negara yang menanamkan modalnya di bidang peternakan di ASEAN. Selama tahun 2009 hingga 2013.


Total realisasi investasi peternakan Jepang ke 10 negara ASEAN adalah sebesar US$ 3,33 miliar. Sedangkan dari total investasi tersebut yang masuk ke Indonesia hanya US$ 513 juta atau 15,4%. Artinya Indonesia adalah salah satu negara yang mendapatkan jatah investasi peternakan Jepang lebih banyak dari negara di ASEAN lainnya.


"Pihak BKPM telah menyampaikan kepada mereka bahwa tidak ada pembatasan untuk investor asing yang ingin berinvestasi perbibitan di Indonesia," tukasnya.


Sementara realisasi penanaman modal asing (PMA) Jepang di Indonesia pada tahun 2013 mencapai US$ 4,71 miliar atau menempati urutan pertama dalam daftar 10 negara investor terbesar. Kondisi ini meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 2,46 miliar di 2012, US$ 1,52 miliar di 2011, sebesar US$ 713 juta pada 2010 dan di 2009 sebesar US$ 685 juta.


(wij/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!