Indonesia Timur Belum Tersentuh Bio Solar

Jakarta -Presiden SBY telah mengeluarkan mandatori atau wajib penggunaan bahan bakar nabati (BBN) sebesar 10% dalam campuran solar dengan biodiesel sejak September 2013. Namun sampai saat ini wilayah Indonesia Timur belum tersentuh oleh produk campuran BBN seperti Bio Solar.

"Sampai saat ini wilayah Indonesia Timur belum tersentuh biodiesel, jadi di wilayah tersebut bahan bakar mesin diesel masih 100% solar. Wilayahnya mulai dari sebagian Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTT, Papua dan lainnya," kata Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir dihubungi detikFinance, Minggu (23/2/2014).


Ali mengatakan, belum tersentuhnya program 10% biodiesel tersebut, karena tender pembelian biofuel belum dilakukan karena produsen biofuel masih menilai harganya terlalu rendah terutama dari harga solar impor berdasarkan harga patokan Mean Of Plats Singapore (MOPS).


"Produsen beralasan harga biofuel atau fatty acid methyl ester (FAME) jauh lebih tinggi dibandingkan harga solar berdasarkan MOPS, tetapi kan itu hanya terjadi dibeberapa bulan saja khususnya akhir tahun, sementara awal tahun harga biofuel harganya di bawah MOPS," ucapnya.


Ali menambahkan, para produsen biofuel bersedia menjual asalkan harganya berdasarkan MOPS maksimal dan Pertamina sendiri yang ambil langsung biofuelnya ke tempat produsen.


"Tapi masalahnya tambahan biaya tersebut seperti ambil langsung ke produsen, apalagi di wilayah Indonesia Timur yang tersebar ke pelosok. Saat ini memang masih dalam pembahasan pemerintah, rencananya dananya berasal dari subsidi BBN yang ada di APBN. Kalau ini sudah jelas dasar hukumnya baru kita bisa percepat tender biodiesel di Indonesia Timur," ujarnya.


Ali mengakui, jika harga beli biofuel berdasarkan MOPS maksimal artinya sama saja dengan harga solar impor, sementara dengan biofuel sendiri masih harus perlu infrastruktur lagi yakni untuk mencampur biofuel 10% dengan solar.


"Tapi walaupun sama saja dengan solar impor, dengan BBN 10% kita impor solar kita berkurang 10%, kalau berkurang artinya penggunaan dolar berkurang untuk impor solar dan mengurangi berkurangnya devisa negara. Saat ini kan devisa negara banyak berkurang karena tingginya impor BBM Indonesia," tutupnya.


Seperti diketahui, sejak September 2013, pemerintah telah mengeluarkan mandatori atau wajib solar dicampur 10% biofuel demi menekan impor BBM.

Tingginya impor BBM beberapa tahun terahir secara langsung menekan nilai tukar rupiah karena tingginya penggunaan dolar AS.


(rrd/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!