Petani Apel Malang Beralih Usaha ke Bisnis Kebun Tebu dan Sewa Vila

Jakarta -Dampak serbuan buah impor asal China berdampak pada nasib petani Malang di Kota Batu dan sekitarnya. Mereka banyak yang beralih profesi sebagai petani tebu hingga bisnis sewa vila.

Neneng Gunawan, seorang petani apel mengatakan lahan perkebunan apel di Malang sekarang banyak yang beralih fungsi menjadi perkebunan tebu karena bisnis tebu di Malang cukup menguntungkan. Sedangkan, harga jual Apel Malang sekarang hanya Rp 4.500-6.000/Kg sementara biaya produksinya mencapai Rp 6.500/Kg.


"Mereka (petani apel) pindah ke lahan tebu. Tebu setiap panen 1,5 tahun per hektar petani mendapatkan untung Rp 15 juta," ungkap Neneng dalam acara diskusi liberalisasi hortikultura, Jakarta, Rabu (26/02/2014).


Selain perkebunan tebu, alih fungsi lahan perkebunan apel juga digunakan untuk membangun vila-vila baru. Bisnis vila di Malang sangat menguntungkan karena Kota Malang dikenal dengan udaranya yang sejuk.


"Lahan Apel semakin habis karena banyak dibangun vila-vila," katanya.


Di tempat yang sama, Sekjen Asosiasi Hortikultura Nasional (AHN) Ramdansyah mengungkapkan jumlah pohon apel di kota Malang mengalami penyusutan dari tahun 2005. Di tahun 2005 jumlah pohon apel mencapai 4,5 juta pohon kemudian susut menjadi 1,9 juta pohon di tahun 2010. Tahun 2013-2014 pohon Apel Malang kembali susut menjadi 1,4 juta.


Menurut Ramdansyah bila 1 hektar menghasilkan 10 ton apel dan setiap pohon menghasilkan 10 kg, maka 1 hektar terdapat 1.000 pohon. Artinya sekarang lahan perkebunan apel yang tersisa hanya 1.400 hektar.


"Jika 1 hektar membutuhkan petani sebesar 20 orang, maka potensi susut petani menjadi 28.000 orang," jelasnya.


(wij/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!