Jakarta Bisa Jadi Lapangan Parkir Terbesar di Dunia

Jakarta -Pasar industri otomotif di Indonesia cukup menjanjikan, sehingga banyak investor berminat menancapkan modalnya di ibu kota. Tapi jika industri ini hanya terpusat di Jakarta dan sekitarnya, maka tak lama lagi akan ada lapangan parkir terbesar di dunia.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan saat ini hanya 10% masyarakat Indonesia yang memiliki mobil dan 86% adalah pengguna sepeda motor. Sehingga masih ada pasar yang besar untuk diraih para investor.


"Peluang pasar untuk industri otomotif itu memang sangat besar. Dalam beberapa tahun mendatang bisa meningkat dua kali lipat. Tapi kalau pabriknya cuma antara Jakarta atau sekitarnya dengan infastruktur yang seperti ini. Maka akan ada lapangan parkir terbesar di dunia bernama Jakarta Toll Road. Karena orang yang beli mobil juga di Jakarta dan di tol itu mobil nggak akan bisa gerak," kata Mahendra dalam diskusi ekonomi dan peluncuran buku di Gedung Pakarti, Jakarta, Kamis (27/2/2104).


Untuk itu, ia menilai perlunya pelebaran kawasan industri ke arah timur. Misalnya dengan menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur. Caranya adalah dengan memberikan proyeksi ekonomi kepada investor.


"Saya bilang ke investor pasar kita masih sangat besar. Kalau maunya cuma di Jakarta kondisi pasarnya nanti bakal begini. Mari kita lihat ke Jawa Tengah dan Jawa Timur yang tidak begitu jauh dari Jakarta," sebutnya.


Ia mengakui, kondisi infrastruktur dua daerah tersebut memang tidak lebih baik dari Jakarta. Akan tetapi juga tidak terlalu buruk. Selain pasar yang menjanjikan, upah buruh pada kedua daerah ini cukup sesuai dengan produktivitas.


"Sekarang mana ada tempat lagi di Jakarta, Investor harus bisa diyakinkan. Lihat ke Jateng atau Jatim itu dari segi upah terhadap produktifitas lebih baik dari Jakarta. Kalau infrastruktur boleh lah Jakarta, tapi upah bisa jadi dorongan juga kan," ujarnya.


Mahendra menuturkan, pemerintah harus memanfaatkan konsumsi domestik untuk pemerataan ekonomi. Caranya dengan mengarahkan investasi yang masuk ke daerah yang punya peluang jadi kota besar.


"Jadi jangan selalu menganggap konsumsi domestik itu buruk. Itu bisa kita membuat arah investasi yang menuju ekonomi lebih baik pada daerah lain. Di sana nanti aglomerasi itu terjadi, buka lapangan pekerjaan banyak dan tidak bertumpu pada Jabodetabek," terangnya.


(mkl/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!