Akusisi BTN Berujung Holding BUMN, Wacana atau Nyata?

Jakarta -Indonesia sudah lama mendambakan sebuah perusahaan milik negara yang membawahi sektor tertentu, yang biasa disebut holding. Holding BUMN farmasi, kehutanan, semen, perbankan, dan lain-lain pernah diwacanakan dalam beberapa tahun terakhir. Namun realisasinya minim, hanya holding semen yang terwujud.

Akhir pekan lalu, muncul kabar dari Dahlan Iskan, Menteri BUMN, bahwa Bank Tabungan Negara (BTN) akan diakuisisi oleh Bank Mandiri. Latar belakangnya adalah BTN yang selama ini banyak memfasilitasi pembiayaan perumahan perlu penguatan. Dengan kondisi yang sekarang, sangat sulit bagi BTN untuk memenuhi kekurangan kebutuhan perumahan (backlog).


Kedua, untuk membentuk bank nasional yang kuat. Akuisisi BTN oleh Bank Mandiri diharapkan mampu melahirkan bank yang bisa bersaing, setidaknya di tingkat regional.


Ketiga, dibutuhkan bank dengan modal yang kuat untuk melayani perusahaan-perusahaan Indonesia yang terus berekspansi seiring pertumbuhan ekonomi. Peluang pembiayaan yang besar ini bisa dimanfaatkan bank asing jika bank nasional tidak mampu memberikannya.


Rencana ini mengungkit kembali wacana yang sudah lama tenggelam, yaitu pembentukan holding bank BUMN. Naldy Nazar Haroen, Ketua BUMN Watch, menyambut positif rencana ini.


Menurut Naldy, pembentukan holding perusahaan BUMN memang penting. BUMN di Indonesia seringkali tidak efisien karena beberapa perusahaan bergerak di bidang yang sama. Itu terjadi di BUMN karya, farmasi, dan juga perbankan. "Mereka akhirnya malah saling bersaing sendiri, padahal sama-sama BUMN,” kata Naldy, di Jakarta kemarin.


BUMN di Indonesia, tambah Naldy, seharusnya mencontoh pengelolaan di negara lain yang lebih efisien. "Tidak perlu jauh-jauh, di Malaysia saja. Mereka punya satu holding seperti Temasek yang di bawahnya mengelola beberapa unit usaha," ucapnya.Next


(hds/DES)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!