Ramal-meramal, Bisnis yang Menjamur (Lagi)

Jakarta -Manusia memang tidak bisa mengetahui masa depannya. Namun rasa penasaran terhadap apa yang akan terjadi pada masa depan selalu menggelitik. Entah hanya rasa penasaran atau ingin membuat persiapan, kita selalu ingin mengintip apa yang terjadi di kemudian hari.

Berbagai cara sudah dilakukan untuk bisa mengetahui masa depan, alias meramal. Aktivitas ramal-meramal ini memang sudah ekisis sejak ribuan tahun yang lalu.


Namun, aktivitas ini kerap kali menimbulkan kontroversi terutama ketika manusia mulai mengenal agama. Meramal sering dilarang bahkan mendapat label haram karena mencari jawaban di luar yang sudah disediakan oleh agama dan kitab suci.


Meski demikian, ramal-meramal tetap bisa bertahan sampai sekarang. Meski label negatifnya belum sepenuhnya hilang, tetapi secara umum masyarakat sudah bisa menerima aktivitas ini.


Ramal-meramal pun sejak dulu sudah menjadi mata pencarian. “Sesuatu yang supranatural selalu bisa bertahan di tengah masyarakat, tidak terkecuali ramalan. Bahkan ramalan sudah menjadi semacam jasa yang bisa diperdagangkan,” kata Ken Feingold, penulis buku Interactive Art as Divination as a Vending Machine.


Salah satu media untuk meramal adalah kartu tarot. Kartu ini berasal dari Italia dan sudah ada sejak abad pertengahan. Terdapat 78 kartu yang terbagi dalam dua kelompok besar yaitu arcana mayor dan arcana minor. Sejak dulu, kartu tarot memang menjadi medium untuk meramal masa depan.


Bagi sebagian orang, kemampuan untuk meramal dengan tarot mungkin tidak dimanfaatkan untuk mendapat kepentingan ekonomi. Hanya hobi atau membantu mereka yang membutuhkan ‘pencerahan’.Next


(hds/DES)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!