Hukum Berbelit-belit, Investasi Indonesia Kalah dari Malaysia dan Vietnam

Jakarta -Pertumbuhan investasi asing di Indonesia masih minim. Totalnya masih kalah jauh dibandingkan negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, bahkan Vietnam.

Menurut Kepala Ekonomi Bank Dunia Sektor Indonesia, Jim Brumby, investasi asing di Indonesia masih tumbuh dengan beberapa kelebihannya, seperti stabilnya harga minyak dalam negeri ketika minyak dunia bergejolak.


"Itu salah satu keunggulan Indonesia, makanya investasi tumbuh. Tapi masih kalah dibanding negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Vietnam," ujarnya saat ditemui di Kantor Bank Dunia, Gedung BEI, Jakarta, Senin (7/4/2014).


"Investasi (di Indonesia) masih kecil pertumbuhannya karena masih banyak hambatan kayak pembebasan lahan, reformasi hukum yang berbelit-belit," katanya.


Tidak bisa dipungkiri, birokrasi dan hukum yang berbelit-belit di Indonesia membuat penanam modal enggan masuk. Investor biasanya lebih suka negara yang hukumnya jelas dan tidak ribet.


Selain itu, Brumby mengatakan, program subsidi BBM yang tidak merata juga mempengaruhi pertumbuhan investasi. Pasalnya, tidak semua wilayah kebagian BBM subsidi dengan harga yang sama sehingga akan mempengaruhi penghitungan nilai investasi.


Penerapan BBM subsidi ini dinilai berisiko tinggi, karena itu pemerintah Indonesia harus berkomitmen dengan baik. Penerapan BBM subsidi yang tidak tepat sasaran akan sia-sia dan menghambat pertumbuhan ekonomi.


"BBM subsidi bisa diterapkan di Indonesia tapi risikonya tinggi jadi pemerintah harus terus komitmen. Pemerintah bisa tidak menyiapkan infrastrukturnya, seperti pom bensin yang harus memadai. Kalau itu diterapkan, pemerintah juga harus siap bikin kilang," imbuhnya.


(drk/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!