Kaya Gas Bumi, Tapi RI Malah Rajin Impor Elpiji

Jakarta -Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang mempunyai cadangan serta produksi gas alam yang cukup besar. Tetapi sayangnya, Indonesia masih rutin mengimpor gas setiap tahunnya yaitu gas elpiji.

Manager Domestic Gas Region III PT Pertamina (persero), Ari Anggoro menjelaskan, berbagai alasan mengapa Indonesia harus mengimpor gas dari negara lain.


"Ada perbedaan antara gas alam dengan gas elpiji," kata Ari saat kunjungan media ke Domestic Gas Marketing & Operation Region III, Terminal Pertamina Plumpang, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (2/05/2014).


Ari mengatakan, perbedaan itu terdapat pada kandungan jenis kimia gas yang masing-masing dimiliki oleh gas alam dan gas elpiji (Liquified Petroleum Gas). Ari menambahkan, kandungan kimia gas yang terdapat di gas elpiji mempunyai lebih banyak kalori dibandingkan gas alam. Sehingga gas elpiji ini lebih praktis dan mudah ditempatkan ke dalam tabung serta siap konsumsi.


"Gas alam itu struktur C1 dan C2 sedangkan elpiji C3 dan C4. Kandungan hidro memang lebih banyak ke gas alam. Tetapi gas elpiji ini punya kandungan tinggi kalori," imbuhnya.


Gas alam terdiri dari C1 (metana), C2, (etana), C3 (propana),C4 (butana), C5 (pertana). Gas alam cair atau LNG (Liquefied Natural Gas) yang banyak diekspor Indonesia ke banyak negara lebih banyak berstruktur C1 dan C2 yang memiliki tekanan yang sangat besar dan tidak ekonomis jika dimasukkan ke dalam tabung, sedangkan gas elpiji yang berstruktur C3 dan C4 yang memiliki tekanan yang lebih rendah sehingga mudah dimasukkan ke dalam tabung, namun jumlah produksi di dalam negeri tidak terlalu banyak.


Menurut catatan PT Pertamina (persero), rata-rata setiap tahun Indonesia mengimpor 3,3 juta ton yang didatangkan mayoritas dari negara di Timur Tengah. Sementara Indonesia mengekspor 17,04 juta ton gas alam ke berbagai negara tujuan seperti Jepang, Tiongkok, Korea, dan Taiwan.


Ari menegaskan, gas alam sangat cocok digunakan untuk pembangkit tenaga listrik karena tingkat kalori yang rendah. "Kita banyak ekspor gas alam ke Jepang. Saat dikirim dalam bentuk cair kemudian dikembalikan ke posisi gas saat tiba di Jepang. Di sana gas alam kita digunakan untuk pembangkit listrik," cetusnya.


(wij/rrd)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!