Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menyebutkan, impor barang konsumsi Maret adalah US$ 1,1 miliar, naik 20,5% dari Februari yang sebesar US$ 898,6 juta.
Sementara impor kelompok bahan baku/penolong mengalami kenaikan 6,25% dari US$ 10,5 miliar menjadi US$ 11,2 miliar. Sedangkan impor barang modal justru turun 4,11% dari US$ 2,3 miliar menjadi US$ 2,2 miliar.
Dalam kelompok barang konsumsi ini, Suryamin menuturkan, didominasi oleh bahan pangan. Di antaranya adalah impor bawang merah, bawang putih, gandum, beras, dan daging.
Namun di sisi lain, lanjut Suryamin, produk-produk tersebut adalah jenis barang yang sangat strategis untuk pengendalian inflasi. Ia menilai impor bahan pangan itulah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya deflasi sebesar 0,02% pada April.
"Jadi yang diimpor bukan pakaian, tapi komoditi yang digunakan untuk mengontrol harga bahan pokok sehingga inflasi terkendali," tegas Suryamin dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat (2/5/2014).
Meski begitu, Suryamin menyatakan impor bahan pangan tetap harus menjadi perhatian. Dia ingin agar produk-produk tersebut tersedia bukan dari impor, melainkan dalam negeri.
"Ini sangat penting bagi pemerintah untuk meningkatkan produksi. Tingkatkan produksi bawang, beras, dan daging," kata Suryamin.
(mkl/hds)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
