Sagu Meranti, Harapan Lebih dari Sekadar Tepung

Pekanbaru -Perjalanan dengan mobil berhenti di tepi sungai. Perjalanan dilanjutkan dengan sampan kayu, yang menyeberangi sungai beraliran lambat di Kepulauan Meranti, Riau. Mestinya di seberang perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Tapi sebuah sepeda motor telah siap menjemput Detik.

Siang itu perjalanan berhenti di sebuah pabrik sagu, 30 kilometer dari Kota Selat Panjang, Riau. Pabrik milik pria bernama Amir ini mengolah batang pohon rumbia menjadi tepung sagu.



Mesin di pabrik itu menggiling batangan rumbia menjadi tepung sagu yang kemudian dikeringkan lalu dikemas dalam karung bermerek "Sagu Selat Panjang Riau-Indonesia". Dulu, kata Amir, pabriknya bisa menghasilkan 21 ton tepung sagu per hari.


“Sekarang untuk mendapatkan 7 ton saja sudah susah. Kami selalu kekurangan bahan baku," kata Amir, yang mengandalkan tenaga 30 orang pekerja yang 90 persen berasal dari Pulau Jawa.


Pohon rumbia tumbuh secara alami di pekarangan rumah warga Kabupaten Kepulauan Meranti. Tapi bahan baku untuk pabrik-pabrik di Meranti berasal dari perkebunan warga. Total luas perkebunan rumbai di sana mencapai 54 ribu hektare. Sebanyak 60 persen perkebunan adalah milik rakyat. Sisanya milik perusahaan PT National Sago Prima.


Pasokan dari perkebunan itu kini harus dibagi-bagi kepada 60 pabrik sagu yang menyebar di sejumlah kecamatan di Meranti, termasuk pabrik milik Amir di Kecamatan Tebing Tinggi itu. Itulah yang membikin bahan baku menjadi sangat terbatas. Next


(cha/DES)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!