Impor Minyak Hingga Gula 'Lahan Basah' Triliunan Rupiah Bagi Para Mafia

Jakarta -Dalam debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) Minggu (29/06/2014), Cawapres nomor urut II Jusuf Kalla (JK) mengungkapkan keberadaan praktik mafia terutama di sektor ekonomi seperti mafia minyak, mafia bibit (benih), sapi, dan gula.

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi mengakui bila keempat sektor tersebut terbilang strategis bagi ekonomi Indonesia. Kegiatan impor beberapa produk strategis tersebut nilainya mencapai ratusan triliunan rupiah per tahun.


"Iya masing-masing memiliki arti strategisnya," kata Bayu kepada detikFinance, Selasa (1/07/2014).


Menurut data yang didapat dari Kementerian Perdagangan (Kemendag), impor Indonesia atas 4 sektor yang diduga dikuasai jaringan mafia itu cukup besar.


Misalnya impor minyak mentah, realisasi impor minyak mentah dari tahun ke tahun mengalami tren peningkatan/lonjakan. Di tahun 2009 impor minyak mentah Indonesia mencapai US$ 7,3 miliar. Jumlah itu meningkat di tahun 2010 menjadi US$ 8,5 miliar dan kembali meningkat di tahun 2011 menjadi US$ 11,1 miliar.


Tahun 2012 impor minyak mentah memang turun tetapi tidak signifikan menjadi US$ 10,803 miliar. Kemudian trennya kembali naik di tahun 2013 dimana impornya mencapai US$ 13,5 miliar. Sedangkan pada periode Januari hingga Maret 2014 impornya minyak mentah sudah mencapai US$ 3,38 miliar.


Selain impor minyak mentah, impor bahan bakar minyak (BBM) juga mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun. Realisasi tahun 2009 impor BBM mencapai US$ 11,1 miliar, naik lagi di tahun 2010 menjadi US$ 18 miliar.


Setelah itu kembali di tahun 2011 menjadi US$ 28,1 miliar dan naik lagi di tahun 2012 menjadi US$ 28,6 miliar. Di tahun 2013 impor produk minyak memang mengalami turun tipis menjadi US$ 28,5 miliar. Sedangkan periode Januari hingga Maret 2014 impor hasil minyak sudah mencapai US$ 6,7 miliar.


Impor gula juga mengalami peningkatan dari US$ 689 juta di tahun 2009 meningkat di tahun 2010 menjadi US$ 1,2 miliar. Di tahun 2011 angka impornya juga meningkat tajam menjadi US$ 1,86 miliar dan turun tipis di tahun 2012 menjadi US$ 1,84. Setelah itu kembali meningkat di tahun 2013 menjadi US$ 1,9 miliar lalu di periode Januari hingga Maret 2014 impornya mencapai US$ 450 juta.


Impor bibit juga sama dari US$ 1,1 juta angka impor di tahun 2009 meningkat di tahun 2010 menjadi US$ 2,2 juta. Meningkat lagi di tahun 2011 menjadi US$ 3,4 juta dan kembali naik di tahun 2012 menjadi US$ 6,0 juta. Tren impor turun di tahun 2013 dengan nilai US$ 2,7 juta. Sedangkan periode Januari Maret 2014 impor sudah mencapai US$ 400 ribu.


(wij/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!