Jakarta Jadi Pasar Utama Peredaran Daging Celeng dari Sumatera

Jakarta -Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) menjadi pasar utama bagi penyelundup daging celeng dari Pulau Sumatera. Di Jakarta terdapat penadah daging celeng yang memasarkan daging ke pasar.

"Dari penangkapan selama ini arahnya sebagian besar ke Jakarta itu," kata Kepala Sub Humas Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian Arief Cahyono kepada detikFinance, Rabu (2/7/2014)


Arief mengungkapkan beberapa waktu lalu polisi di Jakarta berhasil menangkap penadah daging celeng di Jakarta Barat. Terkait dengan penadah, masalah itu menjadi kewenangan pihak kepolisian maupun dinas peternakan setempat.


Menurutnya masalah penyelundupan maupun pengoplosan daging celeng sudah menjadi perhatian kepolisian di Banten maupun Jakarta. Pihaknya bersama kepolisian juga kerap melakukan razia di pintu keluar Pelabuhan Bakauheuni, Lampung dan Pintu Masuk Pelabuhan Merak, Banten.


"Saya kira polisi sudah waspada, di Cilegon dan Bakauheni, kita sudah MoU dengan kepolisian," katanya.


Karantina telah mendata jumlah tangkapan selama tahun 2013 dan 2014, hasilnya ada peningkatan tangkapan hingga 200%. Ada beberapa kota di Pulau Sumatera yang menjadi basis produksi daging celeng untuk dijual ke Pulau Jawa termasuk Jakarta.


"Daerah asal daging celeng rata-rata berasal dari Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung," jelasnya.


Kasus temuan daging celeng terbaru terjadi Senin malam (30/06/2014) Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandar Lampung wilayah kerja Bakauheni (Lampung) kembali menggagalkan penyelundupan 4 ton daging babi hutan/celeng. Ribuan ton daging celeng ini dibawa dengan truck cold diesel thermoking dengan nomor polisi KB 9662 HH dari Sumatera Selatan tujuan Jakarta.


Dilihat dari data statistik Badan Karantina Pertanian tahun 2013, volume yang berhasil ditangani Karantina mencapai 11.848 kg dengan frekuensi 11 kali tangkapan selama satu tahun. Adapun tahun 2014 dari Januari hingga Juni saja telah tercatat volume yang berhasil ditangani mencapai 30.786 kg dengan frekuensi 16 kali tangkapan atau sudah 200% dari volume 2013.


(hen/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!