"Ya bagus dong. Semua terminologi bisa dipakai. Tapi menurut saya paling bagus, sumber daya ini (BBM) harus dihemat. Dan tidak digunakan secara berlebihan. Akhirnya pemborosan negara," kata Kepala BPH Migas Andy Noorsaman Someng, ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (22/9/2014).
Andy mengungkapkan, dengan mengubah istilah, kenaikan harga BBM akan diterima masyarakat. Apalagi dampaknya paling lama dirasakan hanya 6 bulan saja.
"Ya dengan gaya Pak Jokowi begitu bisa memungkinkan. Saya lebih senang memang daripada dibakar, uang lebih baik bisa untuk membangun infrastruktur, lebih baik untuk transportasi yang lebih baik," jelas Andy.
Selama ini, subsidi BBM yang nilainya lebih dari Rp 200 triliun sudah kelewatan. Apalagi kondisi sekarang, Indonesia harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Jumlah BBM yang harus diimpor sangat banyak.
"Impor BBM besar, tapi masih dijual murah dan untuk dibakar saja, sayang uang negaranya. Sementara negara butuh uang untuk tingkatkan kesejahteraan rakyatnya," tutup Andy.
(rrd/dnl)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
