85.000 Ton Gula Tak Laku Dijual, Para Petani di Jatim Rugi

Mojokerto -Maraknya gula impor yang menyerbu pasar Indonesia, disinyalir membuat harga gula petani lokal kian anjlok. Hal ini dialami oleh para petani tebu di Mojokerto, Jawa Timur (Jatim).

Saat ini, ada 85.000 ton gula pasir hasil produksi Pabrik Gula Gempolkrep, Mojokerto sulit terjual. Harga jual gula petani tebu PG Gempolkrep anjlok menyentuh angka Rp 8.150 per Kg, sudah termasuk rendah.


"Lelangnya berat, gula kami harus dilelang berulang kali, dengan harga Rp 8.150 belum laku-laku, sejak 30 tahun baru kali ini kami kesulitan lelang," ucap Humas Pabrik Gula Gempolkrep, Samsu kepada detikFinance, Rabu (15/10/2014)


Samsu menuturkan, PG Gempolkrep menyerab tebu ribuan petani dari Mojokerto, Jombang dan Lamongan. Pada musim giling tahun ini, PG yang tergabung dalam PT Perkebunan Nusantara X itu menyerap 10,8 juta kwintal tebu petani di 3 daerah tersebut.


Dengan rendemen 7,96%, gula yang dihasilkan PG Gempolkrep mencapai 85.968 ton. Sayangnya, hasil produksi sebesar itu, sejauh ini gula yang berhasil dilelang PG yang menaungi 33 Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) itu baru mencapai 250 ton saja. Padahal musim giling tahun ini, gula petani tebu itu dilelang dengan harga jauh di bawah harga ketentuan pemerintah, yakni hanya Rp 8.150 per Kg.


"Impornya yang luar biasa banyak, harga gula dari luar lebih murah dari harga gula kami, sehingga pemilik modal lebih memilih gula impor, gula kami sulit terjual, kita sudah demo ke Jakarta berulang kali namun pemerintah tetap keluarkan kebijakan impor gula rafinasi," ungkapnya.


Dengan harga lelang hanya Rp 8.150 per Kg, menurut Samsu, ribuan petani tebu yang tergabung dalam 33 KPTR di wilayah Mojokerto, Jombang dan Lamongan mengalami kerugian. Next


(hen/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!