Jadi Gubernur BI, Agus Marto Dihadapi Tantangan Berat

Jakarta - Komisi XI DPR akhirnya menerima Menteri Keuangan Agus Martowardojo menjadi Gubernur Bank Indonesia (BI) menggantikan Darmin Nasution yang segera habis masa jabatannya. Agus Marto bakal menemu tantangan berat. Apa saja?

"Yang bersangkutan (Agus Marto) menghadapi tantangan berat di BI. Pertama, menjaga stabilitas makro di tengah tekanan yang makin meningkat," ungkap Ekonom Dradjad Wibowo ketika dihubungi detikFinance, Rabu (27/3/2013).


Menurutnya, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan atau terdepresiasi. Tekanan tersebut makin besar sebagai akibat defisit neraca perdagangan. Kemudian, lanjut Dradjad, investasi masuk pasar modal dan obligasi negara yang saat ini masih menyelamatkan Rupiah ditambah intervensi BI.


"Tapi cadangan devisa trennya menurun, jadi situasi stabilitas makro kurang menggembirakan. Kedua, menyiapkan BI dalam transisi melepas pengawasan mikro perbankan ke OJK," terangnya.


Dikatakan Dradjad, batas antara pengawasan makro dan mikro bukan seperti garis hitam yang jelas. Banyak wilayah, bukan hanya garis yang sifatnya abu-abu.


"Mendefinisikan apa saja wilayah pengawasan makro dan bagaimana bersinergi dengan OJK adalah tantangan berat," tutur Dradjad.


Ketiga, lanjutnya, yakni mencegah demoralisasi di kalangan internal BI.


"Jujur saja, Agus bukan figur yang disukai oleh pegawai BI termasuk para pengawas bank di sana. Bagaimana memenangkan hati anak buahnya di BI akan menjadi PR tersendiri bagi Agus," tegasnya.


Adapun yang keempat, yakni menjaga hubungan eksternal baik dengan Kemenkeu dan khususnya dengan DPR.


"Pemilihan kemarin itu sangat alot. Baru kali ini ada proses voting internal di Komisi XI terhadap Cagub BI yang memakan waktu 7 jam lebih dengan perdebatan sengit," jelasnya.


"Intinya, resistensi terhadap Agus di Senayan tinggi sekali, sementara anggaran tahunan BI itu 100 persen diputuskan Senayan. Mudah-mudahan ke depan bisa lebih baik," paparnya.


"Saya sudah sarankan agar Agus membawa staf khususnya dari Bank Mandiri yang dikenal bisa berkomunikasi eksternal dengan baik. At the end of the day, negara harus kita tempatkan di atas ego pribadi dan golongan. Itu prinsipnya," tutup Wakil Ketua Umum PAN ini.


(dru/ang)