Petani Desak Mentan Suswono Batasi Impor Pangan

Jakarta - Para petani Desa Cipetir, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, meminta Kementerian Pertanian batasi impor produk hortikultura. Karena impor produk pertanian hanya akan mematikan petani dalam negeri.

Para petani Desa Cipetir menyampaikan hal itu ketika berdialog dengan Menteri Pertanian Suswono, Sabtu (30/3/2013), seperti dikutip dari siaran pers. Dialog dilakukan usai Mentan melakukan panen cabai secara simbolik di kebun cabai milik petani Desa Cipetir.


"Petani Indonesia sanggup memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kalau bisa tidak perlu impor," kata Arif Darmono, Ketua Kelompok Petani Cahaya Abadi.


Menanggapi permintaan itu Mentan Suswono menyatakan, prioritas Kementan adalah mendorong produksi petani Indonesia.


"Impor dilakukan hanya untuk memenuhi kekurangan. Kalau produk petani kurang, baru kita lakukan impor. Itu pun dalam jumlah yang terbatas," tandas Suswono.


Suswono mengatakan, sejatinya produk petani Indonesia tidak kalah kualitasnya dengan produk impor. Namun karena harga produk impor lebih murah, konsumen lebih menyukai produk impor.


Produk impor bisa lebih murah karena lahan petani-petani di luar sangat luas. Hasil panen per hektarnya pun juga lebih besar.


Sementara petani Indonesia rata-rata hanya memiliki lahan 0,25 hektare. Hasil panennya juga tidak sebanyak petani luar.


"Jadi jangan bandingkan petani kita dengan petani-petani di luar yang lahannya ratusan hektare. Tidak akan bisa bersaing," katanya.


Dengan kondisi seperti itu pemerintah harus berpihak dan melindungi petani. Caranya dengan membatasi produk pertanian dan hortikultura impor.


"Walaupun risikonya kita dipermasalahkan di WTO," imbuh Suswono.


Terkait dengan gugatan terhadap Indonesia di WTO, Suswono menyatakan siap menghadapinya. Menurutnya, ada 99 pertanyaan dengan sekitar 200 rincian yang harus dijawab terkait kebijakan pembatasan impor produk pertanian dan hortikultura.


"Kita siap menghadapi itu semua," tandas Suswono.


(ang/ang)