Bos Baru MRT: Saya Fokus Agar Proyek Ini Berjalan Secepatnya!

Jakarta - Direktur Utama PT MRT Jakarta yang baru saja dipilih, Dono Boestami tak ingin banyak berkomentar perihal visi maupun misinya. Namun Ia bertekad siap menjalankan proyek MRT secepatnya.

"Untuk saat ini saya mohon maaf belum mau banyak bicara dulu karena harus fokus agar proyek ini bisa berjalan secepatnya dan sesuai harapan masyarakat," ungkap Dono kepada detikFinance, Selasa (26/3/2013).


Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) memang baru melantik empat direksi baru PT MRT Jakarta. Dono sendiri mengaku baru tahu ditunjuk sebagai Dirut pada Jumat (22/3/2013) lalu setelah RUPS. Mantan Chief Finance Officer Indonesia Infrastructure Finance (IIF) ini juga meminta doa masyarakat agar apa yang diharapkan bisa terwujud.


"Saya baru tahu jadi Dirut pastinya hari Jumat kemarin. Saya mohon didoakan selalu," terang Dono.


Dono Boestami merupakan lulusan Teknik Sipil University of Wisconsin di Platteville, Amerika Serikat, dan memperoleh gelar Bachelor of Science. Ia juga meraih gelar Master of Science dari Golden Gate University, San Francisco. Dono juga pernah menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Bukit Asam (Persero) Tbk yang bergerak di bidang pertambangan batubara pada 2006 hingga 2011.


Jokowi juga telah meminta Dono tak menunda-nunda proyek MRT Jakarta.


"Baru saya perintah tadi. Pertama segera tentukan pemenang tender tadi pagi. Saya tidak tahu pemenang siapa. Kedua kalau sudah menang segera groundbreaking langsung cor. Monorel juga sama seperti itu jangan nunggu kamu (wartawan) yang kejar saya kapan. Saya yang jawab bingung," tutur Jokowi kemarin.


Dikatakan Jokowi, dirinya ingin tender pelaksanaan proyek MRT bisa dilakukan hanya dalam waktu sebulan, sehingga proyek MRT awal dari Lebak Bulus menuju Bundaran Hotel Indonesia (HI) bisa terlaksana.


Soal harga tiket MRT nanti, Jokowi mengatakan, dirinya ingin harga tiket murah dan biaya operasionalnya bisa makin efisien.


Selain Dono Boestomi, tiga orang direksi lain yang terpilih yakni, Alberth Farah sebagai Direktur Operasi dan Pemeliharaan, Tuhyat sebagai Direktur Keuangan, dan M. Nasir sebagai Direktur Teknis dan Konstruksi.


Total nilai proyek adalah sekitar 144 miliar yen dengan besar pinjaman dari Japan International Coorperate Agency (JICA) sekitar 120 miliar yen, dan selebihnya dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta.


(dru/dnl)