Sri Mulyani: Krisis Siprus Sangat Menular

Beijing - Negara-negara berkembang harus siap menghadapi penarikan dana besar-besaran di pasar finansial jika sektor perbankan Republik Siprus kolaps. Siprus harus segera mencari cara untuk mengakhiri krisisnya.

Demikian hal itu dikemukakan oleh Managing Director World Bank alias Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati, dalam wawancara di sebuah forum di Beijing, dikutip Reuters, Senin (25/3/2013).


Sri Mulyani mengaku, dirinya sangat memperhatikan keadaan Siprus dengan seksama, terutama rencana menarik pajak cukup tinggi dari para nasabah perbankannya, syarat supaya Siprus bisa mendapat dana bantuan atau bailout 10 miliar euro dari Uni Eropa.


Mantan Menteri Keuangan Indonesia ini punya pandangan berbeda dengan para politisi Jerman, yang memprediksi potensi krisis Siprus ini tidak menular dengan luas. Situasi pasar finansial Eropa saat ini juga masih dalam kondisi yang tenang sejak krisis Siprus muncul.


Namun demikian, kata Sri Mulyani, jika tidak cepat-cepat diselamatkan, krisis Siprus ini bisa menular dan mengancam negara-negara lain yang sama rentannya, terutama negara-negara di Uni Eropa.


"Dampak pertama terhadap dunia dari situasi krisis Eropa ini berasal dari persepsi, karena sifatnya yang psikologis," katanya.


"Dan (psikologis) itu sangat menular karena berasal dari pasar modal, pasar ekuitas dan dari sektor finansial," ujarnya.


Presiden Siprus Nicos Anastasiades sedang menunggu hasil dari pertemuan di Brussels sejak hari Minggu kemarin yang diharapkan bisa menanggulangi krisis di negaranya.


Hal ini sangat berdekatan dengan tenggat dalam mengindari runtuhnya sistem keuangan dan potensi keluarnya Siprus dari Uni Eropa Senin ini.


Sektor perbankan Siprus sudah mengalami kerugian investasi dalam jumlah besar gara-gara banyak bermitra dengan Yunani. Uni Eropa meminta Siprus mengumpulkan dana 5,8 miliar euro sebelum dapat bantuan dana bailout senilai 10 miliar euro.


Pemerintah setempat sempat mengajukan ide untuk menarik pajak atau retribusi sebesar 20% untuk nasabah bank dengan simpanan 100.000 euro di bank terbesar Siprus. Bahkan, proposal sebelumnya juga berniat menarik pajak dari nasabah yang simpanannya lebih kecil.


Rencana ini memicu kemarahan publik dan mendorong banyaknya demonstrasi di jalananan Siprus. Akhirnya, rencana menarik pajak dari nasabah yang simpanannya lebih kecil pun dibatalkan oleh pemerintah.


"Anda harus memperhatikan dengan seksama atas situasi yang terjadi di Siprus. Bukan hanya secara prikologis... tapi juga penyelesaian atas sistem perbankan dan penyelamatan dana simpanan nasabah," katanya.


"Ekonomi global tidak akan bertahan jika harus bergejolak lagi. Itulah kenapa para pembuat kebijakan harus melakukan hal yang sebaik-baiknya dalam waktu singkat sehingga bisa mengurangi gejolak dan ketidakpastian," tutupnya.


(ang/dnl)