Iklim Tidak Cocok Tanam Gandum, Indonesia Bergantung Impor

Jakarta - Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengakui konsumsi gandum di dalam negeri masih mengandalkan impor. Sebab, secara iklim komoditas ini tidak bisa diproduksi dalam jumlah masal di Indonesia.

"Kita bukan penghasil gandum, karena menyangkut iklim kita," ungkap Hatta di kantornya, Lapangan Banteng, Kamis (2/5/2013)


Sementara, Ia mengakui gandum merupakan makanan pokok kedua setelah beras.


"Konsumsi gandum kita terus meningkat dan sudah menjadi makanan pokok kedua setelah beras," jelasnya.


Maka dari itu, Hatta menuturkan pemerintah mencoba menjalin kerjasama dengan beberapa negara, seperti Tatarstan yang merupakan federasi Rusia.


"Terus kita kembangkan saat ini, kerjasama juga dengan beberapa negara tertentu. Seperti Tartaskan karena mereka kuat gandum," jawabnya.


Seperti yang diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) impor Biji Gandum dan Mesilin pada kuartal I 2013 sebesar 1,3 juta ton atau US$ 501 juta. Negara importir terbesar adalah Australia dengan volume 992 ribu ton atau US$375,5 juta.


Kemudian Kanada sebesar 248 ribu ton atau US$104,3 juta, Singapura 30 ribu ton atau US$9,87 juta, India 28.870 ton atau US$ 9,5 juta, Pakistan 3473 ton atau US$ 1,08 juta.


(ang/ang)