Wamenperin Frustasi Pembangunan Pabrik Garam di NTT Tak Kelar-kelar

Jakarta - Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Alex W Retraubun frustasi soal rencana pembangunan pabrik garam di Nagakeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) oleh perusahaan asal Australia, Cheetam Salt belum juga terealisasi.

Padahal Alex telah mengupayakan proyek ini sejak pertama menjabat sebagai Wakil Menteri Perindustrian tiga tahun lalu atau awal 2010 lalu.


"Sejak saya jadi Wamen di sini, yang saya kejar pertama, barang ini. Sampe saya mau turun, belum jadi ini barang. Anda tahu? Saya juga frustasi, karena masalah ini terus berputar-putar seperti lingkaran setan. Tapi saya yakin ini akan jalan," tegas Alex saat ditemui usai menerima delegasi dari Republik Tatarstan di Kantor Kementerian Perindustrian, Kamis (2/5/2013).


Alex mengatakan, permasalah utama dalam pembangunan pabrik garam tersebut terkait permasalahan lahan. Dari 1000 hektar lahan di Nagakeo, sebanyak 700 hektar lahan merupakan lahan milik pemerintah yang harus dibebaskan.


"Kalau yang tanah negara, berarti yang paling menentukan itu kan berarti BPN (Badan Pertanahan Nasional). Saya kira sekarang dalam proses, tapi saya berharap jangan terlalu lama. Karena kalau terlalu lama ini kan semakin berputar-putar. Masa tugas (jabatan) kita mau selesai, tapi barang ini belum juga jadi," paparnya.


Dikatakan Alex, pemerintah daerah setempat pun perlu berkontribusi untuk menyiapkan segala regulasi bagi investor, jika nanti pembebasan lahan ini tuntas dan investor segera bisa melakukan groundbreaking pembangunan pabrik garam tersebut.


"Jadi cuma ada 2 isu sekarang, Pemda menyiapkan langkah-langkah kalau investasi mulai jalan, pabriknya mulai jalan. Kedua, BPN harus memudahkan pembebasan lahan," tuturnya.


Dia juga mengatakan, tahun depan, proyek investasi ini harus segera selesai, mengingat Indonesia masih banyak mengimpor garam khususnya dari Australia. "Tahun depan harus sudah selesai," tutupnya.


Cheetam Salt Ltd, perusahaan garam asal Australia berkomitmen menggandeng pemda NTT untuk menggarap lahan garam di Kabupaten Nagekeo Nusa Tenggara Timur (NTT) seluas 2.100 hektar.


Jika kerjasama ini sudah direalisasikan maka akan ada tambahan produksi garam nasional sebesar 250.000 ton per tahun. Diharapkan akan terserap 2000 tenaga kerja dari realisasi kerjasama ini.


Pihak Cheetam akan memberikan pembinaan teknologi garam kepada petani rakyat. Nantinya produksi garam di NTT tersebut akan diolah di pabrik garam Cheetam di Cilegon.


Jauh sebelumnya, CEO Cheetam Salt Andrew Speed mengatakan pihaknya saat ini sudah berinvestasi pabrik pengolahan garam di Cilegon sebesar 3 juta dollar Australia. Mengenai kemungkinan pembangunan pabrik di NTT, Andrew menegaskan masih memfokuskan pada realisasi kerjasama menggarap 2100 hektar lahan garam di NTT.


(zul/hen)