Direktur Konstruksi dan Energi Baru Terbarukan PT PLN Persero, Nasri Sebayang mengatakan, proyek FTP tahap I sedikit mundur dari yang ditargetkan. Dia mencontohkan untuk PLTU Pelabuhan Ratu yang seharusnya selesai pada April 2013, namun baru selesai pada September 2013, keterlambatan ini lebih kepada kendala sosial.
"Permasalahannya bukan pada pembangkitnya, karena keterlambatan transmisi dari Pelabuhan Ratu ke Cibadak. Itu karena ada 13 tower listrik yang roboh karena pencurian member tower," kata Nasri saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Rabu (25/9/2013).
Selain itu kata Nasri, PLTU Pelabuhan Ratu banyaknya masyarakat yang tidak kooperatif dalam tahap penarikan konduktor yang dilakukan PLN sehingga proyek tersebut molor selama lima bulan.
"Kita nggak bisa melakukan penarikan konduktor karena dihalang-halangi masyarakat," katanya.
Selain itu, kendala yang lain seperti di proyek PLTU Tanjung Awar-Awar, akibat masalah pembebasan lahan membuat proyek tersebut molor selama tiga bulan.
"Pekerjaan transmisi masih bermasalah sudah setengah tahun lalu, masyarakat tidak ingin jalur transmisi tidak melewati rumah mereka, mereka ingin PLN membeli tanah yang di bawah jaringan transmisi," tuturnya.
Nasri menambahkan, secara umum keterlambatan proyek FTP tahap I disebabkan panjang jalur proses perizinan yang tidak mempunyai standar waktu yang baku, koordinasi antara kontraktor EPC dengan kontraktornya yang tidak sesuai harapan, keterlambatan status pendanaan, baik dari PHLN, APBM maupun sistem yang lainnya, juga alasan-alasan lainnya.
"Banyak proyek FTP tahap I terlambat karena panjangnya proses perijinan, koordinasi antara kontraktor EPC dengan kontraktornya, keterlambatan pendanaan dan banyak alasan lainnya," kata Nasri.
(rrd/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!