Contohnya adalah Samtaeseong, restoran cepat saji yang dibuka di Pyongyang, Korea Utara, beberapa waktu lalu. Menurut harian Choson Sinbo, koran Korea Utara yang bermarkas di Jepang, restoran ini bisa berdiri atas bantuan sebuah perusahaan Singapura.
Tapi bagaimana burger bisa menyusup ke negeri yang menolak semua istilah-istilah barat itu?
Menu yang dijual di Samtaeseong memang khas restoran cepat saji asal Amerika. Tapi mereka tak dipajang dengan nama seperti yang kita kenal. Samtaeseong memakai bahasa Korea untuk menamai menu-menu itu. Hamburger misalnya disebut dengan potongan daging dan roti.
Menunya semakin khas dengan tambahan kimchi. Dengan cara yang adaptif ini, Samtaeseong juga bisa menjual wafel dan bir. Restoran ini berencana menambahkan hotdog dan croissant ke dalam menunya. Tentu saja dengan nama-nama berbahasa Korea dan tambahan kimchi.
“Restoran kami memang khusus melayani makanan populer yang terkenal di seluruh dunia,” kata Ko Jong Ok, manager Samtaeseong. “Dalam waktu singkat kami pun sudah terkenal dan berencana membuka cabang-cabang di banyak tempat di sini.”
Sebagai negeri yang anti pengaruh barat seperti Amerika Serikat, Anda takkan menemukan McDonalds atau Kentucky Fried Chicken di sana. Tapi format makanan ala kedua restoran Amerika itu sudah sejak 2012 terdeteksi di Korea Utara.Next
(DES/DES)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
